Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Ganjil Genap dan Jumlah Transportasi Umum yang Masih Kurang

Kompas.com - 04/08/2020, 08:22 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Mulai Senin (3/8/2020), aturan ganjil genap kembali diterapkan di sejumlah ruas jalan di Jakarta. Dengan situasi pandemi yang masih terjadi, penerapan kebijakan ini dikhawatirkan dapat memperbesar penyebaran Covid-19 di angkutan umum.

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, mengatakan, jumlah layanan angkutan umum harus ditambah untuk menghindari kepadatan yang sering terjadi.

“Kapasitas penumpang harus dikurangi agar dapat menegakkan physical distancing. Jika demand tidak berkurang dengan pola yang sama seperti sebelum pandemi transportasi tidak akan mencukupi,” ucap Djoko, dalam keterangan tertulis (3/8/2020).

 Baca juga: Kijang Innova dan Fortuner Kena Recall, Bagaimana Mendeteksinya?

 

Sejumlah anggota Kepolisian membentangkan spanduk sosialisasi pemberlakuan kembali ganjil genap di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (2/8/2020). Pemprov DKI Jakarta menerapkan kembali aturan ganjil genap bagi kendaraan roda empat saat masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi mulai Senin (3/8/2020) di 25 ruas jalan Ibu Kota.ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT Sejumlah anggota Kepolisian membentangkan spanduk sosialisasi pemberlakuan kembali ganjil genap di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (2/8/2020). Pemprov DKI Jakarta menerapkan kembali aturan ganjil genap bagi kendaraan roda empat saat masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi mulai Senin (3/8/2020) di 25 ruas jalan Ibu Kota.

Menurut Djoko, penerapan ganjil genap di tengah pandemi sangat dilematis. Di satu sisi, aktifnya kembali kegiatan masyarakat telah dan aksi social distancing telah membuat jalanan dipenuhi kendaraan pribadi.

Di lain sisi, agar tak macet kebijakan ganjil genap kembali dijadikan solusi. Namun jika masyarakat harus beralih, dikhawatirkan penyebaran klaster baru Covid-19 akan muncul.

Djoko menambahkan, transportasi umum ikut berperan memindahkan orang dengan virus (carrier) dari satu tempat ke tempat lain.

 Baca juga: Paham Teknik Kickdown Mobil Matik, Bisa Selamatkan Diri di Tanjakan

 

Calon penumpang mengantre untuk menaiki bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Pemprov DKI Jakarta memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Panjang (PSBB) sekaligus sebagai masa transisi menuju tatanan normal baru, dengan salah satu kebijakannya tetap mempertahankan kuota 50 persen untuk kapasitas kendaraan pribadi dan transportasi massal. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A Calon penumpang mengantre untuk menaiki bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Pemprov DKI Jakarta memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Panjang (PSBB) sekaligus sebagai masa transisi menuju tatanan normal baru, dengan salah satu kebijakannya tetap mempertahankan kuota 50 persen untuk kapasitas kendaraan pribadi dan transportasi massal. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.

Terutama karena stasiun atau terminal merupakan tempat yang dipakai banyak orang dan tidak bisa dibersihkan secara maksimal. Apalagi wilayah Jabodetabek menjadi tempat berkumpulnya puluhan juta jiwa setiap harinya.

Ketakutan orang menggunakan angkutan umum tentu tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia. Namun bedanya, kota-kota besar di negara maju telah memiliki layanan transportasi yang lebih baik.

“Yang bisa dilakukan berupaya meyakinkan warganya tetap menggunakan angkutan umum dengan menyediakan layanan tambahan,” ujar Djoko.

“Untuk perjalanan jarak pendek dapat menggunakan sepeda dan berjalan kaki. Infrastruktur jaringan sepeda dan jalan kaki dibuat semakin bagus dan nyaman,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau