Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Pakai Pelek dengan DopTernyata Menghambat Pendinginan Roda

Kompas.com - 25/06/2020, 10:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comBus antar kota antar provinsi (AKAP) kadang memodifikasi kendaraannya agar semakin enak dilihat. Salah satu aspek yang bisa didandani yaitu pelek, pada bus bisa dengan menggunakan dop atau ganti pelek alumunium.

Penggunaan dop biasanya berfungsi untuk menutupi pelek baja standa dari bus. Selain itu, dop juga bisa disesuaikan warnanya dengan keinginan. Selain itu model dop juga beragam, tergantung dari karoseri bus tersebut dibuat.

Export Manager Karoseri Laksana, Werry Yulianto mengatakan, pemesan bus bisa memilih untuk memakai dop atau dibiarkan saja standar dengan pelek baja bawaan pabrik sasis.

Baca juga: Telisik Fitur Qooder, Skuter 4 Roda pertama di Indonesia

Dop pelek bustwitter Dop pelek bus

“Kalau dari Laksana, dop pelek yang ditawarkan terbuat dari bahan stainless steel. Jadi pemesan bisa pilih mau pasang atau tidak,” kata Werry kepada Kompas.com belum lama ini.

Selain terbuat dari stainless steel, dop pelek juga terbuat dari bahan-bahan lain. Anggota dari Forum Bismania Indonesia, Dimas Raditya mengatakan, pilihan dop untuk pelek bus beragam, bahkan tidak harus dari karoseri.

“Bahannya ada yang dari plat ads atau fiber. Kalau punya model dop sendiri, bisa juga dipasang, enggak harus dari karoseri,” ucap Dimas kepada Kompas.com.

Baca juga: Pecah Ban Saat Melaju di Tol, Jangan Panik dan Lakukan Hal Ini

Walaupun secara visual, memakai dop bisa menambah penampilan, namun ada juga efek samping dari penggunaan dop. Efek samping dari pemakaian dop yaitu bisa mengganggu proses pendinginan dai tromol rem.

Independent Tire Analyst dan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Bambang Widjanarko mengatakan, secara prinsip aerodinamika, menggunakan dop dapat menghambat proses pendinginan.

“Memang benar, pakai dop menghambat proses heat release. Panas yang harusnya dilepaskan, terperangkap di dalam karena adanya dop tersebut,” ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com