JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan besar seperti truk dan bus biasanya karena rem blong. Penyebab dari rem yang tidak bekerja dengan maksimal, bisa dikarenakan kelalaian dari pengemudi dalam pengoperasiannya.
Ahmad Wildan, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), mengatakan, ada beberapa tindakan keliru yang dilakukan oleh pengemudi bus dan truk dalam mengoperasikan rem.
“Pertama, jika tromol dan kampas rem mengalami panas, selalu didinginkan dengan cara disiram dengan air,” kata Ahmad pada sesi kuliah di akun grup Telegram Indonesia Truckers Club beberapa waktu lalu.
Baca juga: Mulai Rp 2 Jutaan, Ini Daftar Harga Motor Bebek Bekas di Bursa Lelang
Ahmad mengatakan, ketika tromol dan kampas rem yang panas disiram air, bisa menyebabkan perubahan bentuk pada tromol. Jika sudah berubah bentuk, potensi rem memudar alias brake fading akan lebih tinggi.
“Cara mendinginkan rem yang paling baik yaitu dengan istirahat (berhenti) sampai suhu turun dengan alami, minimal 30 menit,” ucap Ahmad.
Perilaku yang kedua, pengemudi suka mengocok rem, baik yang sudah full air brake (FAB) ataupun yang masih hidrolik, menggunakan minyak rem.
Baca juga: Daftar Skutik Keluaran 2019 di Balai Lelang, Mio M3 Mulai Rp 4 Jutaan
Jika mengocok pedal rem pada kendaraan yang FAB akan berpotensi menurunkan tekanan udara. Jika tekanan udara kurang dari 6 bar, pedal rem akan keras ketika diinjak.
“Kalau kendaraan yang masih menggunakan hidrolik atau semi air brake, ketika mengocok pedal rem, akan meningkatkan temperatur pada ruang master rem. Jika minyak remnya jelek, berpotensi terjadinya vapour lock,” ujar Ahmad.
Vapour lock atau angin palsu, yaitu saat minyak rem yang mendidih menghasilkan gelembung udara yang masuk ke master rem. Jadi yang mendorong kampas bukan tenaga hidrolik, melainkan udara kosong, sehingga tidak mampu mengerem dengan maksimal.
Jusri Pulubuhu, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), juga mengatakan, penggunaan pada pedal rem truk (service brake), harus berhati-hati, tidak bisa sembarangan.
“Penggunaan service brake di kendaraan besar seperti truk jangan terlalu sering. Karena beban truk yang besar, ketika menggunakan service brake, suhu pada konstruksi rem menjadi sangat panas dan menyebabkan kehilangan gesekan antara kampas dengan tromol,” ujar Jusri kepada Kompas.com.
Jika konstruksi rem terlalu panas, bisa menyebabkan kualitas perlambatan kendaraan menjadi tidak maksimal, malah meluncur. Oleh karena itu, ada juga tambahan sistem perlambatan lain pada truk seperti exhaust brake dan retarder yang bisa digunakan.
Sistem perlambatan dengan exhaust brake dan retarder bisa membantu mengurangi kerja dari service brake. Sehingga ketika memang dibutuhkan pengereman dengan service brake, kondisinya prima tidak overheat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.