JAKARTA, KOMPAS.com - Komunitas Toyota Fortuner tengah disorot pasca kegiatan touring mereka ke Anyer, Serang, Banten pada Sabtu (11/8/2018). Dalam kegiatan tersebut, iring-iringian konvoi mobil anggota ID42NER sempat melawan arah sehingga merampas hak pengguna jalan dari arah berlawanan.
Pada video yang direkam seorang pengguna jalan, terlihat mobil-mobil anggota komunitas yang lewat menyebabkan pengguna motor dari arah berlawan sampai harus mepet ke pinggir. Kegiatan touring ini diikuti sekitar 90 mobil.
Pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menilai, kejadian seperti yang dilakukan komunitas Fortuner bukan yang pertama. Sebab sudah banyak kejadian serupa yang juga dilakukan komunitas-komunitas lainnya, baik mobil maupun motor.
Menurut Jusri, meminta bantuan pengawalan polisi saat konvoi tidak salah. Namun sepanjang tidak mendesak dan dalam kondisi darurat, rombongan konvoi seharusnya tidak perlu meminta untuk diprioritaskan di jalan raya. Sebab mobil-mobil anggota komunitas bukanlah kendaraan untuk pelayanan masyarakat seperti halnya ambulans ataupun pemadam kebakaran.
Baca juga: Komunitas Fortuner Kena Hujat di Medsos
"Saya setiap touring selalu bilang ke polisi yang mengawal, kalau perempatannya relatif sepi, rombongan kita harus tetap berhenti saat lampu merah," kata Jusri kepada Kompas.com, Selasa (14/8/2018).
Menurut Jusri, rombongan konvoi bisa saja tidak berhenti di lampu jika kondisi ruas jalan terlalu padat. Dengan catatan sesuai diskresi polisi.
Tujuannya agar iring-iringan konvoi tidak menambah kepadatan di ruas tersebut. Sebab iring-iringan konvoi yang berhenti di perempatan yang padat, bisa makin menambah panjang antrean kendaraan di lampu merah.
"Jadi diskresi polisi sebaiknya dilakukan demi kenyamanan pengguna jalan lain. Jangan hanya demi kenyamanan anggota rombongan," kata Jusri.
Baca juga: Konvoi Komunitas Fortuner Klaim Taati Peraturan Lalu-Lintas
Demi menghindari konvoi yang terlalu panjang, Jusri menyarankan untuk membagi iring-iringan ke dalam beberapa kelompok. Untuk mobil, Jusri menilai tiap rombongan idealnya hanya terdiri atas 6-8 mobil. Bisa saja dilebihkan sepanjang tidak melebihi 10 mobil.
Sedangkan untuk sepeda motor, tiap rombongan sebaiknya hanya terdiri atas maksimal 12 motor. Hal itu mengacu pada ketentuan yang disarankan Motorcycle Safety Foundation.
Adapun jarak interval masing-masing rombongan adalah tiap 10 menit. Jika nantinya di tengah perjalanan, anggota terdepan rombongan belakang bertemu dengan buntut rombongan di depan, rombongan belakang harus berhenti.
Baca juga: ID42NER Wariskan Budaya Touring ke Anak
"Kapten rombongannya harus menginstruksikan anggotanya untuk mencari tempat pemberhentian sambil menunggu rombongan depan menjauh," pungkas Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.