BANDUNG, KOMPAS.com – Tak ada yang menarik dari “Electric Car Conversion” yang dipamerkan LIPI di JCC dan kemaren diperlihatkan kepada wartawan di Pusat Telimek Bandung sekaligus diberi kesempatan mencobanya. Pasalnya, mobil tersebut Toyota Kijang Super produksi awal 1990. Bahkan, ketika mencoba menjalankan di sekitar LIPI Bandung, diperlukan tenaga ekstra besar untuk memutar setirnya saat berbelok.
Biaya Operasional
Kendati demikian, sebenarnya ada tujuan mulia. Yaitu, membuat mobil tua dengan bodi yang masih bagus namun mesinnya sering rewel dan boros bahan bensin (sudah dipastikan menimbulkan polusi), bisa digunakan lagi. Malah, bisa membuat biaya operasionalnya lebih murah dan ramah lingkunga. Bahkan biaya perawatan juga makin rendah. “Mobil listrik tidak lagi menggunakan pelumas seperti motor bakar,” jelas Ir Abdul Hapid.
Karena itu pula, semula, Hapid ingin mencoba proyeknya pada Angkot di Bandung. Namun pimpinan di LIPI tidak mengijinkan. Maklum, biaya riset cukup besar. Untuk Kijang milik LIPI ini, mensurut Hapid merekan mengeluarkan biaya sekitar Rp 250 juta.
Kendati demikian, nilai tambah yang diperoleh, biaya operasional mobil lama jadi lebih murah. Dicontohkan, untuk Kijang Super konsumsi bahan bakar 8 km/liter. Berarti setiap kilometer dengan mengunakan premium, biaya bahan bakar per km Rp 562,5 (Rp 4.500/8). Belum lagi biaya lain, seperti oli mesin dan sebagainya.
Ditambahkan, biaya pemakaian energi listrik sangat tergantung pada sumbernya. Pasalnya, tarif yang dikenakan PLN pada setiap rumah berbeda-beda, misalnya 450 VA, 900 VA atau 1.300 VA. Perhitungan kasar Hapid, untuk 1 kW bisa digunakan buat 4 km dengan biaya listrik Rp 1000/kW. Tepatnya, per km biaya operasional mobil listrik hanya Rp 250.
Biaya Baterai
Pada Kijang Super yang kini mengandalkan tenaga listrik murni (100 pesen) atau itu, mesin aslinya dicopot dan digantikan oleh motor listri 2-fase yang bekerja pada tegangan 96 volt. Kendati demikian, transmisi manual masih digunakan untuk membuat kendaraan ini bisa maju, mundur dan netral.
Sebagai sumber tenaga digunakan 16 buah baterai, masing-masing 6 volt. Menurut Hapid baterai khusus dibeli dari luar negeri dengan harga Rp 1,2 juta per unit. Kemampuan motor listrik yang dibeli Amerika serikat, 52 PS dengan putaran maksimum 6.500 rpm.
Karena itulah, biaya konversi Kijang ini cukup mahal. Untuk baterai saja (sel dengan timah hitam) menghabiskan dana Rp 19,2 juta. Belum motor, sistem kontrol, charger, inverter dan sebagainya. Karena itulah, kalaupun diterapkan pada kendaraan umum, misalnya angkot, pihak LIPI berharap adanya dukungan dari Pemerintah.
Performa
Pengoperasian Kijang Super listrik sangat sederhana. Untuk maju, tongkat ransmisi digeser ke gigi 1. Sedangkan untuk mundur, ke posisi mundur. Saat dicoba di tanjakan, tenaga motor cukup besar.
Klaim, LIPI Kijang listrik ini mampu dikebut 120 km dan untuk sekali isi baterai bisa buat menempuh jarak 75 km. Pengisian baterai di rumah butuh waktu 6-8 jam. Hal tersebut tentu saja kurang ideal atau cocok dengan kebutuhan pemakai mobil sehari-hari dengan jarak tempuh umumnya 150 km. Kecuali bila di kantor di sedia tempat mengisi baterainya.
Sebenarnya, efisiensi energi listrik bisa lebih tinggi lagi kalau kendaraan yang digunakan lebih ringan dan ukurannya lebih kecil. Sistemnya juga lebih sederhana. Misalnya, memasang motor listrik langsung pada as roda atau langsung pada roda.
Gerakan maju mundur kendaraan dengan mengubah arah putaran motor dan menggunakan tongkat yang lebih sederhana dan mudah dioperasikan. Bahkan, juga dilengkapi dengan power steering yang menggunakan tenaga listrik.
Dari prototipe yang sudah dibikin, disimpulkan, perjalanan yang harus ditempuh para peneliti LIPI merealisasi cita-cita murninya, mengurangi pencemaran di kota, masih sangat panjang dan berliku. Kecuali bila ada yang mau mendukung! Tetapi siapa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.