JAKARTA, KOMPAS.com - Konten video truk yang melakukan manuver berbahaya atau kerap disebut truk oleng sering menjadi perbincangan di media sosial.
Dalam video tersebut, truk bahkan kerap melaju secara ugal-ugalan di jalan raya demi kesenangan semata.
Ironisnya, truk tersebut juga terlihat membawa barang bawaan yang melebihi kapasitas, alias Over Dimensi dan Overloading (ODOL).
Aksi ini tentu tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain, termasuk para pengendara motor yang berada di sekitar truk yang merekam aksi ugal-ugalan tersebut.
Baca juga: Bahaya, Ini Efeknya Siram Air ke Kampas Rem Motor Saat Touring
Amirulloh, Direktur Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangkan sopir truk yang kerap berkendara sambil membuat konten untuk media sosial.
Sebab, hal itu sangat berbahaya dilakukan saat berkendara.
"Saat ini banyak sopir punya akun media sosial. Sambil berkendara bikin konten. Jadi berkendara jadi tidak fokus. Dan ini berbahaya," katanya pada acara talk show dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) di IIMS 2025, Sabtu (22/2/2025).
Baca juga: GAC International Ingin Indonesia Jadi Basis Ekspor Aion
Amir mengatakan, meski truk tersebut sudah sangat bagus dan canggih, namun akan tetap berbahaya bila sopir tidak fokus saat berkendara.
Bahkan, ada juga yang abai dengan keselamatan berkendara demi bisa mendapatkan konten yang bagus.
Hal ini tidak bisa dianggap sepele, sebab berpotensi menyebabkan kecelakaan.
"Sebagus apapun kendaraannya, kalau berkendara tidak tepat maka sangat berbahaya. Maka dari sisi pengemudi juga harus punya kesadaran penuh untuk berkendara dengan bijak," katanya.
Menurut Amir, mengendarai truk tidak boleh sembarang orang.
Sebab, harus ada pengalaman yang mumpuni dalam membawa kendaraan besar.
Dengan begitu, secara kemampuan dan mental, sopir sudah sangat siap untuk mengendarai truk.
Oleh karena itu, sebaiknya harus ada proses melewati beberapa tingkatan untuk menjadi sopir truk yang profesional.
Maka bisa dimulai dari membawa truk kecil dulu, truk sedang, lalu truk besar dan seterusnya.
Jangan sampai meloncat tingkat, misalnya dari belajar membawa truk kecil langsung mengendarai truk besar seperti tronton.
"Jangan sampai kalau dia biasa bawa truk kecil langsung ke truk besar. Maka cara dia berkendara dan mengambil keputusan cenderung belum matang," kata Amir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Otomotif
Brandzview
Otomotif
Prov
Food
News
Brandzview
Hype
Tren
Prov
Hype
Prov
Regional
Tren