Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Avanza Deli Serdang: Bahaya Nyata Mengantuk Saat Mengemudi

Kompas.com - 13/01/2025, 08:22 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, sebuah kecelakaan yang melibatkan mobil Toyota Avanza terjadi di Jalan Jamin Gunting KM 49, Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Insiden ini menyoroti pentingnya kewaspadaan saat berkendara, terutama bagi pengemudi yang sudah lanjut usia.

Kecelakaan tersebut bermula ketika mobil yang dikemudikan oleh seorang pria berinisial MW (73) melaju dari arah Berastagi menuju Kota Medan.

Baca juga: Tips Aman Transaksi Mobil Bekas: Hindari Penipuan DP 20%

Setibanya di lokasi, MW tampak kesulitan mengemudikan mobil akibat mengantuk.

“MW ini ngantuk jadi enggak tampak ada tikungan sehingga terjun ke jurang yang kedalamannya sekitar 7 meter," ucap Kepala Unit Gakkum Satlantas Polrestabes Medan AKP Ridwan, seperti yang dilaporkan oleh Kompas.com pada Senin (13/1/2025).

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, dan pengemudi serta penumpang dapat diselamatkan.

Ilustrasi mengantuk sambil berkendara.shutterstock Ilustrasi mengantuk sambil berkendara.

Namun, insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kondisi fisik dan mental saat berkendara.

Kewaspadaan dan Istirahat Berkualitas sangat Diperlukan

Baca juga: Pemakaian Rear Foglamp Dianggap Mubazir di Indonesia

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menekankan bahwa fokus, kewaspadaan, dan kondisi fisik sangat penting saat mengemudikan kendaraan.

“Hal ini bisa didapat dari istirahat yang berkualitas. Istirahat berkala selama di perjalanan, asupan makanan dan minuman yang benar, serta menjaga emosi. Sehingga oksigen di dalam darah lancar,” jelas Sony.

Menurutnya, banyak pengendara yang belum menerapkan metode Commentary Driving.

Metode ini melibatkan penyebutan potensi bahaya dengan berbicara secara otomatis, yang dapat membantu memompa oksigen ke otak dan meningkatkan kewaspadaan.

“Metode ini juga membuat pengemudi mampu bereaksi positif ketika harus mengantisipasi. Ini standar cara berkendara dengan defensive (proaktif), mudah tapi tidak banyak yang tahu. Kalaupun tahu, tidak dilakukan karena merasa belum ada manfaatnya,” tambah Sony.

Baca juga: Belajar dari Insiden Video Viral Mobil RI 36 Milik Raffi Ahmad

Usia Lanjut, Tantangan dalam Berkendara

Sementara itu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu tidak merekomendasikan pengemudi berusia lebih dari 70 tahun untuk berkendara.

Hal ini disebabkan kebutuhan akan konsentrasi dan kemampuan kognitif yang tinggi di jalanan Indonesia yang seringkali semrawut.

"Di Indonesia orang lebih dari 70 tahun, saya tidak merekomendasikan. Kalau direkomendasikan atau setuju, maka kita perlu membuat aturan baru yang berbentuk verifikasi lagi orang lain, fisik, visibilitas, kognitif, dan uji keterampilan," ujarnya.

Dengan kejadian ini, penting untuk menyadari bahwa keselamatan di jalan sangat bergantung pada kewaspadaan, kondisi fisik, serta penerapan metode berkendara yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau