KLATEN, KOMPAS.com - Bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin memiliki nilai oktan pada setiap level kualitas produk yang dipasarkan.
Seperti Pertalite, selain sebagai BBM tanpa timbal dan memiliki kadar sulfur tidak lebih dari 500 ppm, juga memiliki nilai oktan 90.
Berbeda lagi dengan Pertamax yang memiliki kadar sulfur tak lebih dari 400 ppm dan memiliki nilai oktan 92.
Baca juga: Ini Rekomendasi Jenis BBM untuk Innova Zenix
Sebagian orang menganggap nilai oktan pada tiap-tiap jenis BBM berpengaruh terhadap kemampuan mobil saat menanjak, benarkah demikian?
Paryudi, Technical Leader Nasmoco Bantul mengatakan nilai oktan pada bensin menentukan kemampuannya tetap tidak terbakar terhadap panas mesin, sehingga dapat mengurangi knocking.
“Knocking atau suara ngelitik pada mesin merupakan gejala yang muncul akibat ledakan bensin dan udara di ruang bakar terjadi lebih dini, atau sebelum piston sampai titik mati atas,” ucap Paryudi kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2025).
Baca juga: Review Konsumsi BBM New Honda PCX 160: Realita Vs Klaim
Paryudi mengatakan, semakin tinggi nilai oktan pada bensin, semakin tahan terhadap panas, dampak positifnya knocking tidak akan terjadi.
“Mesin yang memiliki kompresi tinggi, maka cenderung menghasilkan panas lebih tinggi pula, sehingga bila diisi bensin dengan oktan rendah ledakan puncak bisa terjadi lebih dini,” ucap Paryudi.
Paryudi mengatakan ledakan prematur pada ruang bakar bisa terjadi sebelum busi memercikkan bunga api, bila nilai oktan terlalu rendah daripada rekomendasi.
Baca juga: Kebakaran SPBU Cuplik Sukoharjo, Sempat Terjadi Ledakan Saat Mobil L300 Isi BBM
“Selain ngelitik, tenaga yang dihasilkan mesin juga menjadi kurang optimal, sehingga mobil dengan kompresi tinggi disarankan pakai BBM minimal RON 92, RON 98 lebih bagus,” ucap Paryudi.
Hardi Wibowo, pemilik bengkel mobil Aha Motor Yogyakarta mengatakan sebagian besar pabrikan memproduksi mobil dengan efisiensi tinggi serta bertenaga, sehingga membutuhkan BBM yang sesuai.
“Mobil yang seharusnya mengkonsumsi bensin dengan oktan 92 atau di atasnya tapi pengguna memilih yang lebih rendah, karena dianggap masih bisa digunakan, padahal tenaga yang dihasilkan akan jauh berbeda,” ucap Hardi kepada Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Skema Baru Subsidi BBM Segera Diumumkan, Terintegrasi dengan Data BPS
Hardi mengatakan, spesifikasi mesin mobil modern didesain sedemikian rupa agar tenaga optimal dan efisien. Sehingga, membutuhkan BBM yang berkualitas dan sesuai.
“Jenis BBM harus disesuaikan dengan besarnya nilai kompresi di dalam silinder, sehingga tenaga yang dihasilkan optimal, ujung-ujungnya mampu menghasilkan efisiensi, jika tidak maka tenaganya kurang nendang,” ucap Hardi.
Hardi mengatakan, sebaiknya konsumen mengganti jenis BBM dengan yang berkualitas agar mobil lebih mampu melibas tanjakan.
Baca juga: Jaecoo J7 PHEV Bakal Diuji Jalan Jakarta-Bali Tanpa Isi BBM
“BBM dulu diganti dengan yang berkualitas, sesuai rekomendasi, terlepas dari itu perawatan juga diperlukan seperti pembersihan saluran udara, busi dan sejenisnya,” ucap Hardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.