Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Mobil China Penggerus Pangsa Jepang

Kompas.com - 22/11/2024, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

"Sebenarnya mobil hybrid sudah mendapatkan insentif dengan PPnBM lebih rendah dari mobil ICE. Jadi kalau ini (insentif yang sama) diberikan ke mobil hybrid, kita jadi kembali lagi. Kita mau dorong yang mana nih?," katanya dalam kesempatan terpisah.

Dalam konteks ini, produsen mobil China berhasil memanfaatkan insentif fiskal untuk masuk pasar nasional dengan mendominasi pasar kendaraan listrik. Sementara produsen mobil hybrid harus berjuang dengan kebijakan yang cenderung kurang mendukung. 

Baca juga: Mobil Listrik Terlaris Oktober 2024, BYD Penguasa Pasar

Transformasi Pasar Kendaraan Listrik

Pengamat Otomotif Bebin Djuana berpandangan bahwa salah satu tonggak utama dalam gelombang gempuran produsen China ini adalah momentum yang tepat dala transisi menuju era elektrifikasi dengan memperkenalkan berbagai model kendaraan listrik yang terjangkau.

“Kendaraan listrik China hadir dalam kisaran harga Rp 300 juta hingga Rp 400 juta, yang relatif cocok untuk pasar Indonesia. Ini menjadi peluang besar, terutama karena teknologi baterai dari China lebih maju dibandingkan teknologi hybrid dari Jepang,” kata Bebin kepada Kompas.com, Kamis (21/11/2024).

Wuling Air EV, sebagai contoh, menjadi salah satu model yang berhasil menarik perhatian konsumen dengan desain kompak, harga murah, dan efisiensi yang mendukung kebutuhan perkotaan.

Contoh lainnya adalah BYD dengan M6-nya, yang mendobrak segmen mobil keluarga dengan kapasitas 7-penumpang berbasis listrik tetapi memiliki harga terjangkau yaitu berkisar Rp 400 jutaan.

Baca juga: Hyundai Ioniq 5 N, Cita Rasa Mobil Listrik Sport Gim

Meski begitu, tantangan pengembangan EV tetap ada. Permintaan terhadap kendaraan listrik terus meningkat, tetapi ketersediaan model yang sesuai kebutuhan konsumen masih terbatas.

Selain itu, kekhawatiran terkait pasar sekunder (secondary market) dan infrastruktur pengisian daya (charging station) menjadi penghambat utama.

“Sampai sekarang, pasar kendaraan listrik bekas masih belum jelas, baik di Indonesia maupun di dunia. Konsumen juga masih mempertimbangkan ketersediaan SPKLU untuk perjalanan jarak jauh,” tambah Bebin.

Honda Step WGN di booth Honda di GIIAS 2024Foto: KOMPAS.com/Adityo Wisnu Prabowo Honda Step WGN di booth Honda di GIIAS 2024

Pembelaan Produsen Jepang

Menghadapi perubahan pasar yang dinamis ini, pernyataan dari beberapa pelaku industri otomotif menyoroti pentingnya kualitas, daya saing, dan pemahaman terhadap kebutuhan konsumen.

Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor, menyatakan, meskipun ada penurunan market share, kompetisi semakin ketat dan konsumen kini memiliki lebih banyak pilihan.

"Kami melihat banyak brand baru yang masuk ke pasar Indonesia, namun kualitas produk, layanan purna jual, dan relevansi dengan kebutuhan konsumen tetap menjadi faktor utama yang menentukan keberlanjutan suatu brand," ujar Billy.

Baca juga: Diskon Mobil Hybrid Jelang Akhir Tahun 2024 Tembus Rp 47 Juta

Sementara itu Marketing Director PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy menyampaikan bahwa dengan semakin banyaknya merek yang hadir, konsumen menjadi diuntungkan dengan banyaknya opsi yang tersedia.

"Toyota tetap fokus menyediakan berbagai solusi mobilitas melalui strategi Multi-Pathway kami, yang mencakup model-model terjangkau dan elektrifikasi," ujarnya.

Anton juga menyoroti bahwa strategi ini telah memberikan hasil positif, dengan market share Toyota meningkat menjadi 33,2 persen pada 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau