Jongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo menyebut kondisi ini seiring dengan melambatnya ekonomi sejak semester II/2024 sehingga menekan daya beli masyarakat, mendorong pihak asosiasi untuk menurunkan target penjualan mobil tahunan dari 1,1 juta menjadi 850.000 unit.
Gelontoran Investasi
Berbicara komitmen, Wuling Motors dan DFSK merupakan dua merek China yang memulai investasi besar di Indonesia. Wuling, yang mendirikan pabrik di Deltamas, Bekasi, pada 2015 dengan investasi sebesar 700 juta dolar AS. Kini, fasilitas memproduksi beberapa model, seperti Wuling Confero, Wuling Almaz, Wuling Air ev, sampai Wuling Cloud EV.
Bahkan, sister company seperrti MG Indonesia juga ikut merakit mobil di pabrik ini.
Baca juga: Pabrikan Baterai Kendaraan Listrik China Resmi Investasi Rp 6 T di RI
Pabrik ini mengadopsi teknologi canggih, dengan fasilitas produksi yang menggunakan sistem robotik, menjadikannya sebuah "smart factory" berstandar internasional.
Sementara DFSK, yang mendirikan pabrik di Cikande, Banten, dengan investasi lebih dari 150 juta dolar AS, memproduksi model DFSK Glory 580 dan Seres E1. Pabrik ini juga mengadopsi teknologi terkini, yang memungkinkan mereka untuk memenuhi lebih dari 50 persen kandungan lokal dalam produksi suku cadang.
Chery, yang baru memulai investasi pada 2024, telah mengucurkan dana sekitar Rp 250 miliar untuk perakitan mobil listrik Chery Omoda E5 di Indonesia menumpang fasilitas PT Handal Indonesia Motor. Dengannya, mobil berhasil memperoleh Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 40 persen.
Memakai metode sama, Neta juga telah merakit mobil listrik Neta V-II dan Neta X di Indonesia pada Mei 2024. Produk Neta V-II ini sudah memenuhi TKDN lebih dari 40 persen, yang memungkinkan mereka untuk memperoleh insentif fiskal dari pemerintah.
Produsen mobil listrik raksasa asal China, BYD, juga menunjukkan komitmen besar untuk berinvestasi di Indonesia. Pada 2024, BYD mengumumkan akan membangun pabrik di Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun dan investasi mencapai 1,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 20 triliun).
Pabrik ini akan menjadi bagian dari upaya BYD untuk mempercepat perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Kawasan Subang dipilih sebagai lokasi pabrik karena keterhubungannya yang strategis dengan infrastruktur transportasi dan pelabuhan utama.
Baca juga: Toyota Konsisten Berharap Pemerintah Kasih Insentif Hybrid
Insentif Pemerintah
Penetrasi merek mobil China semakin kuat dengan dukungan kebijakan pemerintah yang mengutamakan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai sebagai alat transportasi.
Kebijakan Peraturan Presiden No. 55/2019 yang dilanjuti oleh aturan BKPM No. 6/2023 memberikan pembebasan bea masuk dan insentif PPnBM untuk BEV menguntungkan produsen China yang memasarkan mobil listrik.
Kondisi ini memungkinkan mereka untuk masuk ke pasar Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif, sementara merek Jepang kesulitan bersaing di pasar EV yang sedang berkembang.
Salah satu contoh nyata dari dampak kebijakan ini adalah Chery dan Neta yang melakukan perakitan di PT Handal Indonesia Motor dengan investasi Rp 250 miliar. Melalui gelontoran dana tersebut mereka berhasil memenuhi syarat minimum TKDN 40 persen.
Namun, meski mobil hybrid terbukti ramah lingkungan dan semakin diminati, kebijakan pemerintah tidak mendukung insentif yang setara dengan BEV.
Baca juga: Insentif Resmi Diperluas, Ini Mobil Listrik Impor dan CKD di Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa pemerintah lebih memprioritaskan kendaraan listrik berbasis baterai untuk percepatan pengurangan emisi karbon.
"Selama ini tanpa insentif juga penjualannya (mobil hybrid) cukup baik," ucap Airlangga.
Hal serupa disampaikan Rustam Effendi, Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Alasannya, karena pemerintah telah memutuskan untuk melakukan lompatan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke BEV dalam menyambut era elektrifikasi.