Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toyota Sebut Flexy Fuel Bisa Jadi Solusi untuk Kurangi Emisi

Kompas.com - 10/09/2024, 19:01 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Toyota Astra Motor (TAM) belum lama ini meluncurkan New Fortuner di Jakarta Pusat. Sport utility vehicle (SUV) dari Toyota ini hadir dengan sejumlah pembaruan dari sisi eksterior, interior dan fitur.

Sementara dari sektor jantung pacu, Toyota masih mempertahankan mesin lama Fortuner, yakni mesin 1GD berkapasitas 2.800 cc turbo diesel dan mesin bensin 2.700 cc.

Berbeda dengan pasar Afrika Selatan yang sudah menghadirkan kendaraan ramah lingkungan Toyota Fortuner versi Mild Hybrid.

Terkait hal ini, Toyota sengaja belum membawa Fortuner versi mild hybrid, sebab untuk mencapai nol emisi ada berbagai cara.

Baca juga: Pelajar Naik Angkot AC Depok, Cukup Bayar Rp 3.000

Salah satunya adalah dengan menggunakan mobil berbahan bakar alternatif atau flexy fuel, seperti yang saat ini sedang diuji coba oleh pabrikan otomotif raksasa asal Jepang itu.

“Toyota sudah ada kendaraan, Fortuner e100, Zenix e85 hybrid kombinasi hybrid dengan etanol dan produk sekarang diisi dengan e10. Kita memberikan percaya diri kepada pemerintah kendaraan yang diproduksi Toyota sudah siap menelan ethanol bahkan sampai e20,” kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, di Jakarta Pusat, belum lama ini.

Toyota sendiri sudah mulai memproduksi beberapa kendaraan dengan bahan bakar ethanol bahkan sudah mengekspornya ke beberapa negara. Termasuk saat ini juga dalam pengembangan e-100 atau ethanol 100, sehingga bahan bakar fosil bisa ditekan.

Ilustrasi mobil dengan bahan bakar bioetanolDok. Auto.hindustantimes.com Ilustrasi mobil dengan bahan bakar bioetanol

Kedepannya, produsen asal Jepang itu berharap Indonesia bisa lebih mandiri untuk menggunakan energi yang bersumber dari dalam negeri dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

“B30 dan B35 itu berdasarkan riset dan penelitian, sejauh ini sukses. Pemerintah baru juga mempersiapkan bioetanol tidak hanya bio solar, karena sumber bioetanol cukup banyak, singkong, jagung dan lain-lain. Kita ingin lebih mandiri dan menggunakan energi yang bersumber dari dalam negeri,” kata Bob.

Sebelumnya, Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy Suwandi menjelaskan penggunaan bioetanol bisa mengurangi emisi sekitar 10 persen sampai 20 persen. Belum lagi kalau ditambah mobil listrik, hybrid, dan plug-in hybrid, pengurangan emisinya bisa lebih besar lagi.

Baca juga: Jelang Laga Indonesia vs Australia, Berikut 9 Kantong Parkir di GBK

Maka dari itu pihaknya melihat flexy fuel saat ini lebih cocok untuk Indonesia ketimbang dengan teknologi mild hybrid.

“Kita lihat di Indonesia Apakah lebih cocok mild hybrid atau sekarang kita mengarah pada flexy fuel. Tadi kita juga sempat katakan pemerintah arahnya ke flexy fuel, sekarang ada B30 mungkin kedepannya ada B35 dan lain-lain,” kata Anton.

“Kedepannya ini bisa mengurangi permintaan BBM dan sebagainya jadi saya rasa yang penting tujuannya bukan teknologinya,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau