Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Akan Jadi Pasar Kendaraan Listrik Tertinggi di ASEAN

Kompas.com - 10/09/2024, 15:01 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Layanan penelitian energi BloombergNEF memperkirakan Singapura akan menjadi pasar kendaraan listrik berpenumpang (electric vehicle/EV) terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) pada 2040.

Pada periode terkait kendaraan ramah lingkungan akan menguasai hingga 80 persen dari keseluruhan jenis mobil yang beroperasi. Sementara negara lainnya di kawasan, rata-rata baru mencapai 24 persen.

Rinciannya, pangsa pasar kendaraan listrik di Thailand sebesar 41 persen, Vietnam 31 persen, Indonesia 25 persen, Malaysia 15 persen, dan Filipina 10 persen.

Baca juga: Pasar Melemah, Toyota Harap Pemerintah Tunda Kenaikan PPN 12 Persen

Salah satu contoh mobil listrik yang dipasarkan di Indonesia, Hyundai Ioniq 5. KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Salah satu contoh mobil listrik yang dipasarkan di Indonesia, Hyundai Ioniq 5.

"Singapura memiliki tingkat adopsi EV tertinggi di antara enam negara Asia Tenggara pada tahun 2023, dengan EV menyumbang sekitar 19 persen dari semua kendaraan yang dijual di sini," kata laporan tersebut dikutip Selasa (10/9/2024).

Berdasarkan data Otoritas Transportasi Darat, sepanjang tujuh bulan pertama tahun 2024 saja, kendaraan listrik menyumbang 32,1 persen dari registrasi mobil baru.

Ekonom transportasi dari Universitas Ilmu Sosial Singapura, Walter Theseira menyampaikan proyeksi itu sebenarnya bukanlah suatu hal yang mengejutkan.

"Sebab pasar kendaraan di Singapura sangat berbeda dari pasar kendaraan di negara-negara regional lainnya, dan ada beberapa faktor di sini yang membuat adopsi kendaraan listrik menjadi jauh lebih luas," kata dia dilansir Straitstimes.

Baca juga: Berkunjung ke Zeeker Design Studio, di Shanghai

Ilustrasi mobil listrik, kendaraan listrik. SHUTTERSTOCK/MIKE FLIPPO Ilustrasi mobil listrik, kendaraan listrik.

Alasan utama meningkatnya tingkat adopsi kendaraan listrik di Singapura adalah sistem sertifikat hak, yang mendorong pemilik mobil untuk menyerahkan kendaraan mereka setiap 10 tahun dan wajib ganti baru.

"Sebaliknya, di sebagian besar negara lain di ASEAN, pemilik menyimpan mobil mereka selama lebih dari 10 tahun atau menjualnya di pasar barang bekas hingga kendaraan tersebut tidak lagi layak secara ekonomi untuk digunakan," kata dia.

Ditambah lagi dengan kebijakan yang mendorong adopsi kendaraan listrik, misalnya, tidak akan ada lagi mobil atau taksi bertenaga diesel baru yang didaftarkan di Singapura mulai tahun 2025.

Ketersediaan infrastruktur pengisian daya juga menjadi faktor lain kemajuan kendaraan listrik di Singapura.

Pada 2023, negara ini tercatat memiliki kepadatan stasiun pengisian daya kendaraan listrik publik tertinggi di Asia Tenggara dengan perbandingan satu charging station untuk tiap tiga EV.

Baca juga: Masih ada Kuota Konversi Motor Listrik Gratis, Catat Syaratnya

Ilustrasi mobil listrik.SHUTTERSTOCK/BIGPIXEL PHOTO Ilustrasi mobil listrik.

Di Thailand, terdapat satu pengisi daya publik untuk setiap 16 kendaraan listrik. Malaysia memiliki satu untuk setiap 38 kendaraan listrik, dan Indonesia memiliki satu untuk setiap 42 kendaraan listrik.

Maka dari itu, dengan proyeksi harga EV yang semakin murak di periode terkait karena produksi baterai telah mudah, Singapura akan menjadi pasar utama di ASEAN.

Pada tahun 2023, penjualan kendaraan listrik penumpang tahunan di Asia Tenggara meningkat tiga kali lipat untuk tahun kedua berturut-turut, didorong oleh kebijakan yang mendukung dan semakin banyaknya produsen mobil China.

Lebih dari 153.500 kendaraan listrik penumpang terjual di Asia Tenggara pada tahun 2023, termasuk 5.734 di Singapura. Angka ini termasuk kendaraan plug-in hybrid (PHEV).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau