Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insentif Mobil Listrik, Transisi atau Krisis buat Industri Otomotif?

Kompas.com - 19/08/2024, 16:14 WIB
Muh. Ilham Nurul Karim,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan pesat teknologi kendaraan listrik (EV) mulai menunjukkan dampaknya terhadap industri otomotif konvensional, terutama di negara-negara yang agresif memberikan insentif untuk teknologi ramah lingkungan.

Hal ini disampaikan oleh Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Kondisi serupa dapat terjadi di Indonesia kalaua tidak ada strategi transisi yang tepat.

Agus Purwadi menyoroti situasi di Thailand sebagai contoh nyata bagaimana adopsi teknologi baru dapat mempengaruhi industri otomotif konvensional yang sudah mapan.

Baca juga: Diskon City Car Agustus 2024, Agya GR Sport Tembus Rp 23 Juta

"Di Thailand, di mana teknologi hybrid juga mendapat insentif, kondisi over supply EV sudah mulai mempengaruhi industri otomotif yang sudah eksis," ujar Agus kepada Kompas.com, Senin (19/8/2024).

Insentif yang diberikan pemerintah untuk kendaraan listrik dan hybrid di Thailand telah mempercepat produksi dan adopsi EV, tetapi juga menciptakan tantangan baru bagi industri otomotif konvensional.

Ilustrasi mobil listrik Wuling di GIIAS 2024KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Ilustrasi mobil listrik Wuling di GIIAS 2024

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa dampak dari over supply EV ini bukan hanya pada penurunan permintaan kendaraan bermesin pembakaran internal, tetapi juga pada rantai pasokan dan tenaga kerja yang selama ini mendukung industri tersebut.

"Perlu diperhatikan juga kondisi eksisting untuk industri otomotif yang sudah ada saat ini, khususnya terhadap supply chain massif dan tenaga kerja terkait yang sudah ada pasti akan terpengaruh," tambahnya.

Agus menjelaskan, rantai pasokan komponen untuk kendaraan konvensional dan keahlian teknis yang dimiliki pekerja di sektor ini merupakan fondasi dari industri otomotif yang ada.

Dengan pergeseran ke EV, komponen dan keterampilan yang dibutuhkan berubah drastis, yang dapat menyebabkan penurunan produksi, hilangnya pekerjaan, dan tantangan ekonomi lainnya.

Baca juga: Ducati Official Club Indonesia Resmi Punya Presiden Baru

Agus menekankan, pentingnya pendekatan yang seimbang dalam transisi menuju teknologi EV di Indonesia. Pemerintah dan pelaku industri harus bekerja sama untuk memastikan bahwa langkah-langkah pengembangan teknologi baru tidak merugikan industri otomotif konvensional, yang masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional.

"Diperlukan strategi yang matang agar transisi ini dapat berjalan dengan baik tanpa mengorbankan sektor-sektor yang sudah ada," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau