Akibatnya, produsen kendaraan yang masih menggunakan bahan bakar fosil mengurangi kapasitas produksi dalam upaya untuk bertahan hidup.
Tercatat terdapat tiga produsen asal Jepang yang akan menutup fasilitas perakitannya, yaitu Honda, Subaru, dan Suzuki mulai tahun depan.
“Tidak sampai di sana, pesanan suku cadang juga telah turun sebesar 40 persen sepanjang tahun ini seiring pengurangan produksi mobil oleh pabrikan,” kata Presiden Asosiasi Produsen Suku Cadang Mobil Thailand, Sompol Tanadumrongsak.
Baca juga: Uni Eropa Resmi Naikkan Tarif Impor Mobil Listrik China
Ia memperkirakan industri ini akan mengalami kontraksi lebih lanjut saat mereka melewati 'transisi' ke kendaraan listrik, dan menambahkan bahwa hanya sekitar selusin dari 660 pembuat suku cadang di Thailand yang dapat memasok pembuat kendaraan listrik asal China.
Sebab, produsen mobil listrik China itu lebih memilih untuk mengimpor komponennya karena lebih murah (dapat subsidi dari negara asal).
“Sebagian besar pembuat suku cadang lokal mengurangi operasi mereka menjadi hanya tiga hari dalam seminggu karena permintaan menurun. Sekitar selusin produsen suku cadang sekarang terpaksa gulung tikar,” kata Sompol.
Memang, nantinya semua produk otomotif yang masuk memanfaatkan insentif bea masuk impor dan lainnya harus diproduksi lokal dalam kurun waktu tertentu. Tapi dalam jangka pendek, jelas bahwa skema insentif pemerintah itu menekan otomotif nasional.
Terlebih, sektor otomotif Thailand melibatkan lebih dari 750.000 angkatan kerja dan menyumbang sekitar 11 persen produk domestik bruto (PDB).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.