Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengukur Ketebalan Kampas Rem Bus dan Truk Tanpa Dibongkar

Kompas.com - 21/06/2024, 12:02 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

BOYOLALI, KOMPAS.com - Setiap pengemudi bus dan truk diwajibkan memahami kondisi kendaraan normal dan abnormal sebelum melakukan perjalanan. Sehingga, dapat meminimalisasi risiko kecelakaan di perjalanan karena masalah teknis.

Seperti yang diketahui, masalah pada truk dan bus bisa muncul kapan saja termasuk di luar jadwal perawatan atau saat dalam jam operasional.

Maka dari itu, setiap pengemudi harus selalu memeriksa kesiapan kendaraan termasuk mengukur ketebalan kampas rem dengan metode sederhana atau tanpa melakukan pembongkaran.

Baca juga: Seorang Perempuan Tewas Tertabrak Truk Trailer di Cilincing Jakut


Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan ketebalan kampas rem bisa diperkirakan oleh pengemudi bus atau truk saat sebelum perjalanan untuk mencegah rem blong.

“Berbeda dengan mobil-mobil kecil, ketika kampas rem pada truk dan bus tipis maka risikonya akan lebih besar daripada sekadar kehabisan kampas di perjalanan, tapi juga bisa meningkatkan peluang rem blong,” ucap Wildan kepada Kompas.com, Kamis (20/6/2024).

Wildan mengatakan meski tanpa melakukan pembongkaran untuk mengukur ketebalan kampas secara langsung, pengemudi bisa mendeteksi ketebalannya lewat jarum indikator tekanan angin kompresor.

Baca juga: Video Mobil Tertimpa Truk Kontainer akibat Rem Blong

Indikator angin kompresor pada bus dan trukHaltebus.com Indikator angin kompresor pada bus dan truk

“Pertama nyalakan mesin untuk mengisi angin sampai penuh, kemudian roda diganjal agar tidak meluncur saat rem parkir dibebaskan, setelah rem parkir terbebas, matikan mesinnya untuk memulai proses pengukuran,” ucap Wildan.

Wildan mengatakan pengemudi bisa memperhatikan jarum indikator angin tekanan kompresornya, ketika pedal rem diinjak angkanya turun melebihi dari 0,5 bar maka jarak kampas dengan tromol terlalu jauh.

“Misal sekali penginjakan pedal rem, angkanya langsung turun 1 bar, ini artinya kampas remnya sudah tipis, pemeriksaan sederhana butuh waktu tidak ada satu menit, makanya sayang bila hal seperti ini tidak dikuasai oleh setiap pengemudi bus dan truk,” ucap Wildan.

Baca juga: Truk Pengangkut CPO Tabrak Tujuh Kendaraan, Sopir Sempat Berteriak Rem Blong

Truk skidtank elpigi mengalami rem blong hingga terjadi kecelakaan beruntun di Kabupaten Jember pada Sabtu (4/5/2024)Kompas.com/Dokumentasi Polsek Silo Truk skidtank elpigi mengalami rem blong hingga terjadi kecelakaan beruntun di Kabupaten Jember pada Sabtu (4/5/2024)

Pasalnya, menurut Wildan, semakin tipis kampas rem bus dan truk maka setiap kali melakukan pengereman bakal membuang angin makin banyak sehingga berpotensi membuat angin tekor.

“Misal bus dan truk normal, setiap 5 kali mengerem akan membuang angin 1 bar, tapi bila kampasnya sudah tipis sehingga jarak kampas dan tromol jauh, sekai ngerem kok membuang angin 2 bar itu namanya anginya boros, tidak lama remnya blong itu,” ucap Wildan.

Wildan mengatakan ketebalan kampas rem pada truk dan bus bukan hal sepele yang bisa diabaikan atau ditunda perbaikannya karena risikonya fatal.

Baca juga: Diduga Rem Blong, Truk Pengangkut Cairan Infus Kecelakaan di Jalan Lingkar Salatiga

Program mitigasi pencegahan rem blongKompas.com/Erwin Setiawan Program mitigasi pencegahan rem blong

“Makanya kami ajarkan pada setiap pengemudi, ketika menemukan peristiwa seperti itu segera memanggil mekanik atau montir untuk segera dilakukan perawatan atau penggantiian kampas rem, jangan dipaksakan lanjut perjalanan,” ucap Wildan.

Jadi, ketika pengemudi bus dan truk bisa menguasai teknik mengukur ketebalan kampas rem tanpa melakukan pembongkaran maka risiko rem blong bisa dikurangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau