JAKARTA, KOMPAS.com - Hino mengakui belum tertarik untuk terjun membawa bus atau truk listrik ke Indonesia. Perihal pertamanya ialah infrastruktur yang belum memadai untuk penggunaan comercial EV.
Santiko Wardoyo, Chief Operating Officer (COO) PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI), mengakui, bahwa pasar bus dan truk listrik di Indonesia belum menjanjikan.
Baca juga: Senyum Marquez Usai Finis di Posisi Kelima Sprint Race Qatar
"Mungkin belum ya butuh waktu, dan juga saya bicara bahwa EV itu butuh infrastruktur yang memadai. Kecuali bus Transjakarta itu hanya berputar di situ-situ saja," ujar Santiko di Giicomvec 2024, belum lama ini.
Santiko memberikan contoh, misalkan bus listrik dipakai untuk rute jauh maka saat ini akan menyulitkan karena stasiun pengisian daya belum maksimal. Sedangkan jika truk listrik, dayanya akan cepat habis membawa beban yang besar.
"Misalnya saya dari Jakarta ke Surabaya mengisi dayanya di mana? Iya kan? Atau misalnya dari Makassar ke Morowali yang jaraknya bisa 1.500 km paling satu baterai bisanya berapa kan? Paling mentok kan 300, itu untuk sedan," ujar Santiko.
"Adapun untuk low truck kan dengan tonase segitu, powernya gitu kan lebih cepat (habisnya). Kemudian mau mengisi di mana? Apakah menunggu satu jam. Tidak bisa," ujar Santiko.
Baca juga: Suzuki Pusing Order Jimny 5 Pintu Terlalu Banyak
Meski masih pesimis dengan penggunaan bus dan truk untuk listrik saat ini, Santiko menekankan bahwa Hino sudah siap secara produk.
Buktinya Hino pernah membawa bus listrik bernama Hino Poncho EV di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018.
Saat itu Poncho EV dibawa langsung dari Jepang. Hino menyebut bus listrik merupakan salah satu bukti upaya perusahaan untuk menghadirkan kendaraan yang ramah lingkungan di masa depan.
Di negara asalnya Jepang, Hino bahkan sudah punya prototipe Hino Profia Z-FCV yang dibekali dengan teknologi sel bahan bakar hidrogen dari Toyota.
Baca juga: Hasil Klasemen Sementara Usai Sprint Race MotoGP Qatar 2024
Santiko mengatakan, pihaknya tidak anti terhadap bus dan truk listrik. Saat ini pihaknya terus melakukan studi terhadap penerimaan bus dan truk listrik.
"Kalau saya lihat perkembangannya, di China sekalipun yang notabene kita lihat semua ya, perkembangan EV-nya begitu gencarnya. tapi di China tuh tetap market terbesar tetap pakai ICE (pembakaran konvensional)," ujarnya.
"Kita bicara total semuanya (mobil penumpang dan komersial) tetap 60 persen. Datanya di Eropa dan Amerika juga sama terbesar tetap masih pakai ICE belum pakai EV. Listrik paling sekitar 20 persen kalau saya tidak salah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.