JAKARTA, KOMPAS.com - Pembatasan mobilitas angkutan barang diklaim bukan satu-satunya cara untuk dapat menekan potensi kepadatan dan kemacetan jalan selama libur nasional khususnya di akhir tahun atau Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024.
Sebab, dikatakan oleh Direktur Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Tatan Rustandi, fungsi jalan tol yang seharusnya dapat dimanfaatkan seluruh pihak masih dilakukan berbeda.
”Sebenarnya fungsi membangun jalan tol, mobilitas untuk semua atau harus ada diskriminasi? Untuk hari ini ada diskriminasi. Untuk barang ekspor-impor, harapan kami harusnya terjadi seamless mobility,” katanya dalam diskusi publik bertajuk 'Kebijakan Pembatasan Angkutan Barang, Urgensi dan Penerapannya', Selasa (28/11/2023).
Baca juga: Membuat Replika Jadi Solusi Tepat bagi Pencinta Mobil Klasik
Berkaca dari kondisi luar negeri, seperti negara-negara lain di Eropa yang tak hanya memanfaatkan angkutan jalan, tetapi juga kereta api dan angkutan sungai.
Proses ini banyak didukung kawasan hinterland dan struktur industri yang baik, mulai dari infrastruktur hingga otoritas administrasi tunggal (single administration).
Pembatasan operasional, termasuk pembatasan jam operasional, pernah dicoba para pengusaha. Namun, hasilnya tak sesuai harapan.
”Jalanan bisa diprediksi, jadi truk-truk sampai di gerbang tol enggak boleh masuk. (Mereka) parkir di sepanjang gerbang tol, timbul kemacetan baru, masalah baru. Masuk enggak boleh, parkir diusir,” ujar Ketua Komite Perhubungan Darat Asosiasi Pengusaha Indonesia Ivan Kamadjaja.
Baca juga: Hyundai Siapkan Mobil Listrik Baru, Pakai Baterai Buatan Lokal
Ketika metode one-way dicoba, hasilnya masih tak maksimal. Terakhir dicoba adalah ganjil-genap sesuai nomor polisi angkutan. Sejauh ini, metode ini paling memungkinkan dilakukan meski belum sempurna.
Oleh karenanya Ivan berharap angkutan barang tetap dapat beroperasi secara situasional saat libur akhir tahun selama jalanan tak macet.
”Pembatasan ini sangat enggak sinkron dengan mata rantai, shipping, dan lain-lain. Karena (kapal) tak bisa menunggu (truk),” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.