JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai pertengahan musim ini, MotoGP menerapkan regulasi tekanan ban. Menurut sebagian pebalap, regulasi tersebut justru berpotensi merusak balapan.
MotoGP telah memberlakukan tekanan ban depan dan belakang minimum yang tidak boleh digunakan oleh para pebalap untuk digunakan di bawahnya, setidaknya untuk 30 persen pada sprint race dan 50 persen saat balapan utama.
Regulasi ini mulai diterapkan ketika Tyre Pressure Management System disematkan. Tepatnya, pada MotoGP Inggris 2023 di Sirkuit Silverstone.
Baca juga: Sama Seperti Martin, Bagnaia Juga Ketahuan Melanggar Batas Tekanan Ban
Sejak awal, para pebalap tidak senang dengan tekanan depan minimum yang dipaksakan pada 1,88 bar (27,26 psi). Sebab, hanya menyisakan sedikit margin untuk bermain-main sebelum bagian depan menjadi lebih sulit untuk diatur ketika tekanan di atas 2,0 bar (29 psi).
Para pebalap telah berulang kali mencatat bagaimana tekanan meningkat dengan cepat saat mengikuti motor lain. Kondisi tersebut menyebabkan ban depan lebih banyak mengunci. Sedangkan bila tekanan ban disetel rendah, maka berpeluang untuk terkena penalti.
Jorge Martin, yang telah mendapat peringatan karena melanggar peraturan tekanan ban tahun ini, percaya bahwa para pebalap tidak bisa mengendarai motor dengan 100 persen karena peraturan ini.
"Sayang sekali kami tidak bisa berkendara dengan kemampuan 100 persen karena peraturan ini," ujar Martin, dikutip dari Motorsport.com, Senin (13/11/2023), usai MotoGP Malaysia 2023.
Baca juga: Jadwal MotoGP Qatar 2023, Balapan Digelar Akhir Pekan Ini
"Sangat disayangkan. Saya tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi saya pikir aturan ini, mereka perlu mencoba memahami dari sisi kami dan mencoba membuat tekanan ban depan minimum lebih rendah, karena pada akhirnya kita tidak melihat balapan yang sebenarnya," kata Martin.
"Kita melihat balapan teknis, karena jika teknisi saya memberikan tekanan ban yang salah, maka saya tidak bisa mendorong dan saya tidak bisa menunjukkan potensi saya," ujarnya.
Tahun depan akan lebih ketat lagi aturannya, karena yang melanggar akan langsung didiskualifikasi. Menurut Martin, ini seperti menghancurkan gaya balap dan Race Direction harus melakukan sesuatu, karena tahun depan akan menjadi bencana besar.
Aleix Espargaro telah berbicara blak-blakan tentang peraturan ban. Pada MotoGP Malaysia 2023, dia mengatakan bahwa ia harus lebih konservatif dengan pengaturan tekanan ban. Dia takut terkena penalti kedua. Sebab, dia sudah mendapat penalti tiga detik di Thailand.
"Kalau tidak, saya akan mendapat enam detik penalti dan kemudian 12 detik. Saya benci peraturan ini, ini akan merusak kejuaraan ini," ujar Aleix.
Brad Binder percaya bahwa peraturan tersebut, yang dibuat dengan alasan keamanan, sama sekali tidak aman. Menurutnya, para pebalap akan sangat menghargai jika Michelin menurunkan batas minimum.
"Masalahnya, bagi saya itu 10 kali lebih tidak aman ketika Anda berada di atas dua bar tekanan. Sejujurnya, perasaan yang muncul adalah Anda bisa menabrak seseorang kapan saja karena ban depan Anda terkunci, dan ketika Anda sampai di tepi ban, Anda tidak bisa berbelok," kata Binder.
"Jadi, Anda melihat orang-orang ini melebar, memotong ke belakang dan kami semua berada di belakangnya. Saya mengerti bahwa apa yang Michelin katakan adalah jika terlalu rendah, ban bisa lepas dari pelek," ujarnya.
"Tapi saya belum pernah melihatnya, dan tentu saja saya tidak ingin melihatnya. Tapi bukan hanya saya, saya yakin semua pebalap akan senang kalau mereka menurunkannya sedikit," kata Binder.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.