Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinyal BYD Masuk Indonesia Semakin Kuat

Kompas.com - 01/11/2023, 19:36 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gempuran mobil listrik asal China ke Indonesia semakin banyak. Kali ini BYD dikabarkan juga tidak mau ketinggalan. Belum lama ini, sinyal kehadiran BYD juga semakin kuat.

Untuk diketahui, BYD merupakan salah satu pabrikan mobil listrik raksasa di China. Isu mengenai BYD akan berinvestasi di Indonesia juga sudah berembus sejak lama.

Baca juga: Mobil Listrik BYD Tantang Mobilitas Jepang di JMS 2023

Belum lama ini, jajaran pimpinan BYD juga sudah datang dan bertemu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka. Pertemuan tersebut diunggah juga oleh akun Instagram Menteri BUMN Erick Thohir.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Erick Thohir (@erickthohir)

 

"BYD sebagai perusahaan manufaktur kendaraan listrik terbesar di dunia melihat potensi besar Indonesia dan berminat untuk menjajaki kerja sama pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik dan energi hijau di Tanah Air," tulis Erick, pada keterangan dalam unggahannya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, pemerintah akan menghapus pajak impor mobil listrik. Langkah ini menjadi salah satu insentif bagi para investor yang mau memproduksi kendaraan listrik secara lokal.

Baca juga: Saingi BYD dan Tesla, Toyota Percepat Produksi Mobil Listrik

"Jadi kita tak membuka impor EV, kita kasih insentif hanya untuk calon-calon investor saja. Jadi kalau nggak investasi di sini ya bea masuk sama, nggak akan kita relaksasi," kata Agus.

Taksi listrik Blue Bird, BYD e6 Kompas.com/Fathan Taksi listrik Blue Bird, BYD e6

Jadi, BYD akan diberi penghapusan pajak impor CBU, bila memang nantinya akan membuka fasilitas produksi di Tanah Air. Mobil listrik BYD akan bebas dari bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

"Jadi dia diberikan suatu kuota impor produk untuk pengenalan pasar, kuota itu nanti ada rumusannya berbasis besaran investasi ataupun besaran produksi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau