TANGERANG, KOMPAS.com – Pada dekade 1990-an, beberapa produsen mobil menamai produk atau model andalan menggunakan nama-nama hewan. Saat ini, tren itu sudah tidak zaman karena mayoritas merek memakai nama internasional atau kode tertentu.
Toyota Kijang mungkin jadi contoh nama yang paling sukses dan populer sampai sekarang. Bahkan, setelah hampir setengah abad (46 tahun) pada model terbaru Innova Zenix, nama Kijang masih dipakai.
Nama Isuzu Panther tidak kalah tenar, di mana penamaan tersebut juga berasosiasi pada mobil mesin diesel, mobil yang tangguh dan mobil serbaguna.
Baca juga: AHM Tanggapi Kejadian Rangka Honda Beat Patah dan Berkarat
Sementara itu, model mobil Jepang lainnya yang menggunakan nama hewan adalah Daihatsu Zebra. Lewat model ini, Daihatsu memproduksi minibus dan pikap kecil yang laku di pasaran.
Tak ketinggalan ada Mitsubishi Kuda, yang ketika itu menjadi pilihan MPV terjangkau bagi masyarakat, yang mampu menyaingi Kijang dan Panther.
Toyota Rangga
Pada lantai pameran GIIAS 2023, satu mobil niaga meluncur menggunakan identitas yang banyak dipakai mobil keluaran tahun 1990-an. Bukan nama hewan, tapi nama yang mencirikan Indonesia.
“Tentu saja banyak yang penasaran dengan arti dari Rangga ini. Pada konferensi pers di main booth kami, Ueda-san sempat menginspirasikan bahwa Rangga ini datang dari salah satu submit dari Kijang,” ujar Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, di Tangerang (10/8/2023).
Baca juga: Sopir Bus Mengaku Lebih Nyaman Menyetir Bus Double Decker
Anton menjelaskan, nama Rangga merupakan warisan budaya Indonesia yang terinspirasi dari bahasa Jawa ‘Rangga’ atau ‘Ronggo’. Kata ini diklaim melambangkan satria atau pahlawan, atau jagoan di dunia bisnis yang kuat dan tangguh.
“Sehingga artinya Rangga ini secara umum, harapannya bisa menjadi jagoan baru Toyota dalam membantu berbagai konsumen yang ingin menggunakan mobil komersial dan juga melakukan bisnis,” kata dia.
Menanggapi tren penggunaan nama mobil dengan unsur lokal, Dosen Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Dwi Rahmawanto, mengatakan, hal tersebut bisa menjadi salah satu cara agen pemegang merek (APM) untuk menarik minat konsumen.
Baca juga: Dasbor XForce Disebut Mirip Stargazer, Ini Kata Mitsubishi
“Jadi pasti ada kaitannya, nama itu nanti kaitannya dengan identitas, dan pelokalan-pelokalan identitas itu pasti menimbulkan kesan tersendiri buat masyarakat,” ujar Dwi, kepada Kompas.com (14/8/2023).
“Dan strategi-strategi ini sebetulnya bagus juga, daripada memanfaatkan nama-nama asing, itu akan lebih baik, pemanfaatan nama-nama lokal juga sebagai cara penguatan identitas ke-Indonesiaan,” kata dia.
Berdasarkan pengamatannya, tren penggunaan nama hewan atau nama dengan unsur ke-Indonesiaan sudah dipakai beberapa merek sejak beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Deretan Mobil Baru Toyota yang Mejeng di GIIAS 2023
“Kalau Agya-Ayla itu menggunakan bahasa Jawa dan Arab. Agya itu ‘cepat’, sementara Ayla dari bahasa Arab, maknanya kurang lebih juga ‘cepat’,” ucap Dwi.
“Penamaan menggunakan nama-nama hewan juga sempat tren, karena asosiasinya diharapkan kecepatannya sama dengan hewan-hewan tersebut. Contohnya Kijang, mungkin salah satunya diharapkan memiliki kecepatan dan kekuatan seperti Kijang,” kata dia.
Nama dan pengaruh
Pengamat otomotif Bebin Djuana ikut memberikan pandangannya terkait nama-nama khas Indonesia pada mobil keluaran baru.
Menurutnya, sebuah nama bisa memberikan wibawa tertentu kepada sebuah produk. Namun untuk bisa laku, sebuah produk harus betul-betul matang dengan riset pasar dan keinginan masyarakat konsumen di Indonesia.
Baca juga: Ulik Perbedaan Wuling Air EV Lite dengan Air EV Biasa
“Namanya ‘Gajah Perkasa’ kalau produknya bukan diinginkan oleh masyarakat, yang diinginkan oleh konsumen, kok rasanya percuma saja,” ujar Bebin, kepada Kompas.com (15/8/2023).
“Jadi kematangan dari riset pasar, pendalaman dari minat konsumen, dan target market yang tepat, itu menjadi kunci utama,” ujar dia.
Bebin juga mengatakan, tren penamaan kendaraan pakai pakai unsur ke-Indonesiaan akan terus eksis, asalkan sebuah produk benar-benar matang secara riset dan memiliki keberanian untuk mendeklarasikan bahwa produknya ditujukan buat pasar Indonesia.
“Produknya betul-betul menjawab keinginan dan minat segmen market yang memang menjadi targetnya, dan ketika dinamai 'Kijang' itu mudah diingat. Dan itu penting, nama yang mudah diingat, akrab dengan segmen market tersebut yang menjadikannya pas,” kata Bebin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.