JAKARTA, KOMPAS.com - Selain bengkel resmi dan bursa otomotif, mencari suku cadang dan onderdil mobil bisa dilakukan di junkyard atau tempat rombengan alias tempat barang rongsok.
Ciri khas rombengan mobil atau juga biasa disebut "kampakan mobil" ialah banyak mobil bekas yang teronggok tidak terawat. Di tempat ini konsumen bisa mencari berbagai suku cadang mobil copotan.
Pada lokasi rombengan mobil biasanya terdapat berbagai macam mobil rongsok dari tahun tua sampai muda. Jika pintar memilih, konsumen bisa mendapat orderdil mulai dari pelek, suspensi, bahkan sampai mesin mobil.
Baca juga: Mercedes-Benz Kasih Diskon Suku Cadang hingga Cek Kendaraan Gratis
Salah satu pekerja di rombengan mobil yang enggan disebutkan identitas, di daerah Parung, Bogor, Jawa Barat, mengatakan, mobil-mobil rongsok tersebut didatangkan dari berbagai tempat.
"Ada yang bawa sendiri biasanya mobil tua, ada juga dari lelang yang hancurnya di bawa ke sini. Ada juga yang bekas tabrakan, ada yang dari bengkel yang gagal bangun," kata sumber tersebut di Bogor, Senin (31/7/2023).
Pekerja itu mengatakan, untuk mobil-mobil bekas tabrakan biasanya dapat dari pihak asuransi, atau bengkel sedangkan untuk mobil tua bangka alias motuba, sang pemilik yang menjual langsung.
"Kalau tabrakan biasanya dari bengkel ada juga dari orang langsung. Terus kalau mobil tua bangka juga yang sudah keropos, daripada didandanin mahal dan malu dipakai jadi jual ke sini. Ada itu Corolla klasik udah mati 20 tahun, ke sini," katanya.
Baca juga: Pemerintah Mau Bebaskan Biaya Impor Mobil Listrik, Ini Tujuannya
"Ada juga dari tukang lelang cuma mesin diambil (tanpa mesin)," kata dia.
Pekerja itu mengatakan, saat mobil datang maka akan dipereteli atau dipisahkan per bagian. Biasanya dipilah antara bodi dan sasis dengan onderdil lain, semisal mesin, kemudian komponen yang terbuat dari plastik.
Onderdil atau suku cadang yang masih bagus mulai dari mesin, transmisi, kaki-kaki dan lainnya akan dijual lagi. Sedangkan yang terbuat dari besi seperti bodi dan sasis akan dipotong dijual ke tukang besi.
"Kalau sekarang diposting. Kalau dulu orang bengkel yang nyari, ramai seperti pasar. Sekarang sudah jarang (yang datang langsung) online. Ya ramainya pindah saja," kata pekerja tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.