Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER OTOMOTIF] Fortuner Kena Aquaplaning Karena Sopir Main HP, Jangan Sembarang Pakai Ban Serep

Kompas.com - 15/04/2023, 06:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suatu video yang menunjukkan pengemudi Toyota Fortuner berkendara dengan satu tangan lantaran tangan lainnya sedang merekam video kemudian terkena aquaplaning viral di media sosial.

Diunggah oleh akun @dashcamindonesia, terlihat bahwa mobil tersebut hilang kendali hingga mengalami kecelakaan.

Pada akhir video juga memperlihatkan potret mobil Fortuner berwarna putih terguling dan mengalami kerusakan yang cukup parah usai kecelakaan tersebut.

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan, saat mengalami aquaplaning, ban mobil seperti tidak menapak ke permukaan jalan. Pengendalian kendaraan menjadi tidak terkontrol.

Baca juga: Sewa Mobil Listrik, Tarifnya Mulai Rp 30 Juta per Bulan

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dashcam Indonesia (@dashcamindonesia)

Kondisi tersebut terjadi dalam hitungan detik. Pengemudi tak mempunyai pilihan atau kesempatan untuk melakukan manuver menghindar.

Lalu artikel mengenai larangan menggunakan ban serep saat mudik juga ramai dibahas. Sebab penggunaan ban serem sebisa mungkin dikurangi apalagi jika berbeda spesifikasi dengan ban utama.

“Ban serep biasanya pakai pelek model kaleng, bahan karet, dan ukurannya juga berbeda dengan ban utama karena pakai jenis temporary tire,” ujar Juni Siswanto, Technical Leader Auto2000 Ahmad Yani kepada Kompas.com.

Lebih jauh, berikut berita terpopuler di Kompas Otomotif pada Jumat (15/4/2023);

Baca juga: Sebelum Mudik Lebaran, Apakah Mobil Perlu Spooring dan Balancing?

1. Video Mobil Fortuner Alami Aquaplaning, Sopir Ngebut Sambil Main HP

Barang bukti mobil Xenia yang terkena tembakan anggota Resmob Polresta Solo, saat melakukan pengejaran kasus pemerasan melibatkan Anggota Polres WonogiriKOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati Barang bukti mobil Xenia yang terkena tembakan anggota Resmob Polresta Solo, saat melakukan pengejaran kasus pemerasan melibatkan Anggota Polres Wonogiri

Pada tayangan video yang diunggah akun @dashcamindoneia, terlihat pengemudi Toyota Fortuner berkendara menggunakan satu tangan lantaran tangan lainnya digunakan untuk merekam video.

Pengemudi itu tak hanya berkendara sambil main ponsel, tetapi juga memacu mobilnya dalam kecepatan tinggi di mana kondisi jalan sedang licin karena hujan.

Tak berselang lama, mobil mengalami aquaplaning dan hilang kendali hingga alami kecelakaan. Di akhir video juga memperlihatkan potret mobil Fortuner berwarna putih terguling dan mengalami kerusakan yang cukup parah usai kecelakaan tersebut.

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan, saat mengalami aquaplaning, ban mobil seperti tidak menapak ke permukaan jalan. Pengendalian kendaraan menjadi tidak terkontrol.

“Terpelanting dan bobot kendaraan terasa melayang. Mau banting setir tambah parah, bisa berbalik,” ucap Sony.

Baca juga: Video Mobil Fortuner Alami Aquaplaning, Sopir Ngebut Sambil Main HP

2. Jangan Campur Nitrogen dengan Udara Biasa pada Ban, Ini Dampaknya

Seorang petugas outlet pengisian ban dengan nitrogen di salah satu SPBU Pertamina di Jalan Margonda, Depok sedang melayani pelanggan pada Kamis (8/2/2018).Kompas.com/Alsadad Rudi Seorang petugas outlet pengisian ban dengan nitrogen di salah satu SPBU Pertamina di Jalan Margonda, Depok sedang melayani pelanggan pada Kamis (8/2/2018).

Salah satu komponen mobil yang kerap kali keliru dalam perwatannya yakni ban. Kekeliruan ini terkait isian yang digunakan, di mana pengguna kadang lupa dan tidak sengaja mencampur udara dengan gas nitrogen saat mengisi ban.

Juni Siswanto, Technical Leader Auto2000 Ahmad Yani menjelaskan, kendala ini kerap dijumpai saat mudik dan biasanya disebabkan karena kelupaan pengemudi.

“Misalnya sebelum berangkat mudik, si pengemudi mengisi angin dengan nitrogen. Selang beberapa waktu ketika ban mulai kurang angin, dia isi lagi yang baru tapi bukan dengan nitrogen, tapi angin biasa,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (13/4/2023).

Dia menjelaskan, mencampur udara dengan nitrogen untuk isian ban sangatlah tidak disarankan. Dua gas tersebut memiliki titik muai suhu yang berbeda dan apabila dicampur, suhu dalam ban menjadi tidak stabil.

“Karena suhu enggak stabil, ada risiko keselamatan juga. Ban bisa tiba-tiba pecah atau bahkan meledak,” kata dia

Baca juga: Jangan Campur Nitrogen dengan Udara Biasa pada Ban, Ini Dampaknya

3. PO ALS Luncurkan 2 Unit Bus Baru Pakai Bodi Berbeda

Dua bus baru PO ALSInstagram @Laksanabus Dua bus baru PO ALS

Masing-masing bus menggunakan bodi SR3 Panorama dan bodi Legacy SR2 HD Prime. Namun keduanya sama-sama ditopang oleh sasis dari Mercedes-Benz.

Secara tampilan eksterior, perbedaan kedua bus yang paling mencolok adalah bagian kaca depan bus. Bus PO ALS dengan balutan bodi SR3 Panorama menggunakan model kaca depan single glass.
Sementara itu bus dengan balutan Legacy SR2 HD Prime menggunakan kaca depan model double glass.

Kemudian area kaca samping pada bus tipe Legacy SR2 HD Prime diberi hiasan selendang berwarna kuning keemasan.

Baca juga: PO ALS Luncurkan 2 Unit Bus Baru Pakai Bodi Berbeda

4. Terjual 13.000 Unit, Chery Bakal Perluas Pasar Omoda 5

           Chery Omoda 5                    CSI Chery Omoda 5

Menurut President PT Chery Sales Indonesia Shawn Xu, pencapaian Omoda 5 di pasar global menjadi kabar positif bagi Chery di tengah kondisi industri otomotif yang belum sepenuhnya menguat.

"Kami sangat bersyukur mendapatkan kepercayaan dari para konsumen, terutama untuk Omoda 5 yang menjadi produk global pertama kami. Hal ini menjadi dasar keyakinan CSI, bahwa Omoda 5 akan semakin kuat ke depannya," ucap Shawn, dalam keterangan resminya, Jumat (14/4/2023).

Untuk Indonesia sendiri, setelah harga pre-booking resmi diumumkan pada ajang IIMS 2023 beberapa waktu lalu, jumlah pemesanan SUV pesaing Honda HR-V yang mengusung mesin 1.500 turbo ini terus berkembang.

Berdasarkan update beberapa waktu lalu, CSI mengklaim pemesanan dari mobil yang mengusung konsep "Art in Motion" ini sudah tembus lebih dari 1.000 unit.

Menariknya, mayoritas pemesan merupakan masyarakat dari luar Jabodetabek. Untuk memenuhi hal itu, Chery juga bakal mengejar proses produksi Omoda 5 di Indonesia pada Mei mendatang.

Baca juga: Terjual 13.000 Unit, Chery Bakal Perluas Pasar Omoda 5

5. Saat Darurat, Bolehkah Pakai Ban Serep Saat Mudik sampai Tujuan?

Ban serep jenis temporary tire sebaiknya tidak digunakan dalam waktu yang lama saat mudik. keamanan terbaik hanya ada di ban utamaFreepik Ban serep jenis temporary tire sebaiknya tidak digunakan dalam waktu yang lama saat mudik. keamanan terbaik hanya ada di ban utama

Juni Siswanto, Technical Leader Auto2000 Ahmad Yani, mengatakan, umumnya, ban serep memiliki konstruksi yang berbeda dengan ban utama, baik dari segi ukuran maupun komposisi material.

“Ban serep biasanya pakai pelek model kaleng, bahan karet, dan ukurannya juga berbeda dengan ban utama karena pakai jenis temporary tire,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (13/4/2023).

Karena memiliki perbedaan ukuran dan komposisi, pemakaian ban serep jenis temporary tire sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.

“Temporary tire aman saja digunakan, tapi memang ada batasannya seperti tidak baik digunakan untuk waktu yang lama dan kecepatan mobil tidak boleh melebihi 80 kpj,” kata Juni.

Baca juga: Saat Darurat, Bolehkah Pakai Ban Serep Saat Mudik sampai Tujuan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com