Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Honda dan Porsche Berlomba Kembangkan Bahan Bakar Sintetis

Kompas.com - 08/04/2023, 07:22 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Uni Eropa akhirnya memberi kelonggaran dan akan membiarkan mesin pembakaran internal tetap eksis. Tapi, dengan syarat kendaraan tersebut harus menggunakan e-Fuel.

Untuk diketahui, e-Fuel alias bahan bakar sintetis merupakan bahan bakar non fosil yang digunakan tanpa menghasilkan emisi dari proses pembakaran pada mesin.

E-Fuel diproduksi dengan menggabungkan hidrogen "hijau" yang dibuat menggunakan energi terbarukan dengan karbon dioksida yang diambil dari fasilitas manufaktur. Sehingga, dapat bekerja dengan mesin pembakaran internal dan pompa bensin yang ada.

Baca juga: Menuju Netralitas Karbon, Porsche Mulai Produksi Bahan Bakar Sintetis

Pengembang dari e-Fuel saat ini berfokus pada pesawat dan kapal, di mana kendaraan tersebut lebih rumit dibandingkan mobil listrik. Sebab, Honda dan Porsche juga terlibat dalam dunia aviasi. Keduanya sudah memiliki rencana untuk memproduksinya.

Porsche meresmikan fasilitas produksi bahan bakar sintetis alias eFuelDok. Porsche AG Porsche meresmikan fasilitas produksi bahan bakar sintetis alias eFuel

Dikutip dari Asia.nikkei.com, Sabtu (8/4/2023), Porsche dan rekan senegaranya Siemens Energy pada bulan Desember membuka pabrik percontohan di Chili selatan, disubsidi oleh pemerintah Jerman.

Fasilitas ini akan dapat memproduksi 55 juta liter bahan bakar elektronik setiap tahun pada tahun 2024, meningkat menjadi 550 juta liter pada tahun 2027.

Sedangkan Honda, sedang mempertimbangkan untuk menggunakan bahan bakar sintetis dalam balap mobil. Kondisi dalam dunia balap mengharuskan mobil menempuh jarak jauh dengan kecepatan tinggi. Sehingga, cocok untuk pengembangan.

Baca juga: Kejuaraan Balap F1 Pilih BBM Sintetis Ketimbang Jadi BEV

Honda memanfaatkan pengalamannya dengan pesawat ringan HondaJet untuk mengembangkan katalis dan bahan lain yang diperlukan untuk komersialisasi. Selain itu, mobil sport Toyota Motor yang menggunakan bahan bakar sintetis juga telah berkompetisi dalam ajang balap ketahanan.

Porsche meresmikan fasilitas produksi bahan bakar sintetis alias eFuelDok. Porsche AG Porsche meresmikan fasilitas produksi bahan bakar sintetis alias eFuel

Tak sedikit pabrikan Jepang yang mendukung keputusam Uni Eropa untuk mengizinkan penggunaan bahan bakar sintetis.

"Kita bisa menggunakan teknologi mesin pembakaran internal yang ada," kata Shinsuke Minami, calon presiden Isuzu Motors.

"Jika (bahan bakar sintetis) digunakan pada area yang lebih luas, seperti penerbangan, maka akan bisa menekan pengeluaran dan memperlebarnya ke roda empat," ujar salah satu eksekutif dari Nissan Motor.

Baca juga: Toyota Selesaikan Tes Pertama Mobil Balap Bermesin Hidrogen Cair

Produksi pertama HondaJet mengudara pada 2015. Jet eksekutif enam penumpang ini menawarkan jangkauan lebih dari 2.200 km dan, dengan kecepatan tertinggi 782 km/jam, adalah Honda tercepat yang pernah dibuat.Honda Produksi pertama HondaJet mengudara pada 2015. Jet eksekutif enam penumpang ini menawarkan jangkauan lebih dari 2.200 km dan, dengan kecepatan tertinggi 782 km/jam, adalah Honda tercepat yang pernah dibuat.

Beberapa pihak berharap bahwa penggunaan e-fuel pada mobil akan mempertahankan pekerjaan dan pabrik yang mungkin akan hilang dalam poros kendaraan listrik.

"Mereka akan menciptakan permintaan komponen untuk mesin pembakaran internal yang menggunakan bahan bakar sintetis," kata seorang eksekutif di pemasok suku cadang mesin Riken Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau