Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulan Ramadhan dan Kemacetan Jakarta yang Makin Parah

Kompas.com - 07/04/2023, 13:01 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

“Saya dapat satu orderan saja bisa makan waktu 1 jam, itu jarak tempuh cuma 2 km. Seperti tadi sore saya antar pelanggan dari KS Tubun ke MRT HI, makan waktu 1,5 jam, yang normalnya hanya 15-20 menit,” kata Apin.

Sama halnya dengan Ujang Nandi (72), pengemudi taksi yang berdomisili di Ciputat ini mengatakan bahwa di bulan Ramadhan, waktu macet di DKI Jakarta menjadi lebih panjang.

Bulan puasa ini lebih macet. Biasanya (sebelum Ramadhan) dari jam setengah 5 sampai jam 9, tapi sekarang di atas 10 malam saja masih macet. Kadang kalau tidak puasa saya bisa 16 rit (penumpang), tapi puasa ini cuma 10, bahkan dibawah 10 rit,” kata Ujang.

Nadia (26), karyawan swasta yang berdomisili di Kalibata ini juga merasakan imbas dari perubahan jam macet di Jakarta pada saat bulan Ramadhan.

“Kerja saya di daerah TB Simatupang, biasanya ke kantor naik mobil cuma 30 menit, sekarang bisa 50 menit. Biasanya jam 4 sore masih sepi, ini sudah macet,” kata Nadia.

“Tapi kadang saya naik ojek online dan naik TransJakarta, tidak ada perubahan signifikan, waktunya sama seperti sebelum bulan puasa. Karena kan kalau ojek online bisa nyalip-nyalip, terus TransJakarta juga punya jalur sendiri. Cuma jadi lebih ramai saja,” tambahnya.

Baca juga: Kendaraan Listrik Butuh APAR Khusus untuk Mengatasi Kebakaran

Hal Lumrah

Adapun menurut Latif, pergeseran jam macet dan kepadatan lalu lintas pada sore hari ketika Ramadhan merupakan hal yang lumrah terjadi. Sebab, pada sore hari masyarakat tengah mempersiapkan diri untuk melaksanakan buka puasa.

Selain itu, kata Latif, cukup banyak pekerja yang pulang kantor lebih awal saat Ramadhan. Hal ini tentunya berimbas pada pergeseran waktu peningkatan volume kendaraan di jalan raya.

“Iya jadi masih normal lah (macet sore hari). Karena kan aktivitas saja. Bukan karena ada hambatan. Bukan karena, misalnya yang menghalangi enggak ada. Volume tinggi, aktivitas masyarakat tinggi itu saja,” kata Latif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com