Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Kompensasi dan Jumlah Kecelakaan yang Tinggi

Kompas.com - 16/03/2023, 15:01 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Jumlah kecelakaan terus meningkat setiap tahun meski usaha untuk menekan angka tersebut tak kalah massif. Faktor manusia disebut merupakan penyumbang kecelakaan paling besar.

Penelitian menyebutkan dalam berkendara faktor manusia memegang peran paling tinggi mencapai 60 persen, kendaraan 5 persen dan lingkungan 3 persen. Adapun sisanya yaitu 32 persen merupakan gabungan interaksi ketiganya.

Baca juga: Ulas Fitur Canggih Mobil Listrik Kia EV6 GT-Line

Mengutip data NMC Polri, Januari-September 2022 tercatat ada 94.617 kasus kecelakaan. Angka tersebut meningkat 24.000 kasus atau sekitar 34,60 persen dibandingkan tahun 2021.

Sensasi berkendara mobil listrik Toyota bZ4XKompas.com Sensasi berkendara mobil listrik Toyota bZ4X

Adrianto Sugiarto Wiyono, Asean NCAP Technical Committee sekaligus dosen Politeknik APP, mengatakan, jumlah kecelakaan fatal tetap tinggi salah satunya dapat digambarkan dari Teori Kompensasi.

“Mengapa jumlah kecelakaan tetap tinggi. Jawabannya teori kompensasi,” kata Rian di acara Vehicle Safety Course 2023/006, di Politeknik APP, di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Dalam psikologi, dijelaskan bahwa kompensasi adalah strategi seseorang menutupi secara sadar atau tidak sadar, kelemahan, frustrasi, keinginan, atau perasaan tidak mampu melalui kepuasan atau dorongan menuju keunggulan di bidang lain.

Baca juga: Kuota Habis, Kemenhub Tutup Pendaftaran Mudik Gratis 2023

Kecelakaan beruntun terjadi di Jalan Raya Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (14/3/2023).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Kecelakaan beruntun terjadi di Jalan Raya Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (14/3/2023).

Rian menjelaskan di dunia nyata yang berkaitan dengan kecelakaan lalu-lintas seseorang kerap mengangap remeh satu hal karena kendaraannya memiliki fitur unggulan.

“Eh bro mobil saya pakai EBS jadi bisa ngerem lebih pendek, misalnya. Jadi seseorang mengkompesasi itu. Kemudian karena sudah ada airbag jadi tidak perlu pakai safety belt. Padahal (kecepatan) airbag saat mengembang bisa 200 kpj,” kata dia.

“Jadi seperti itu sebuah tantangan dalam road safety, secara ringkas itu pertama sebab road safety campaign sangat punya tantangan,” ujar Rian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau