Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Mengemudi Orang Indonesia di Tiap Daerah Berbeda-beda

Kompas.com - 16/03/2023, 14:41 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Demografi Indonesia sebagai negara kepulauan ternyata berpengaruh pada budaya mengemudi di masing-masing daerah. Hal ini menjadi tantangan buat kampanye keselamatan berkendara.

Adrianto Sugiarto Wiyono, ASEAN NCAP Technical Committee, mengatakan, penelitian menyebutkan, dalam berkendara faktor manusia memegang peran paling tinggi mencapai 60 persen, kendaraan 5 persen, lingkungan 3 persen dan sisanya interaksi ketiganya.

Baca juga: Kuota Habis, Kemenhub Tutup Pendaftaran Mudik Gratis 2023

“Bicara manusia bukan menyalahkan manusia, tapi manusia punya keterbatasan, jadi apa yang bisa diatasi dari faktor tersebut,” kata Rian di acara Vehicle Safety Course 2023/006, di Politeknik APP, di Jakarta, Kamis (16/3/2023). 

Pria yang juga menjadi penasihat dan peneliti di perusahaan konsultan bidang keselamatan jalan PT Karya Fajar Ultima, tersebut mengatakan, faktanya Indonesia punya 13.000 lebih pulau dan terdiri dari 300 etnis.

“Sehingga kita punya akses berbeda, dan pendekatan berbeda. Misal saya di Bekasi kalau saya ke Makassar, terus langsung dikasih mobil buat bawa saya tidak berani karena beda budaya,” kata Rian.

Baca juga: Perusahaan Layanan Transportasi Ini Bekali Keterampilan Siswa SMK Otomotif

“Cara berkendara di Jabodetabek berbeda dengan di Makassar dan daerah lainnya. Ini tantangan tersendiri,” kata dia.

"Misal lagi di Jawa kalau lampu merah berhenti ya berhenti tapi di Medan, belum tentu," kata dia.

Rian memberi contoh ialah soal cara menghitung jarak aman berkendara. Bisa saja hitungan detiknya antara daerah satu dengan yang lain berbeda karena adanya perbedaan logat bahasa.

“Kita kalau di Jabodetabek kita pasti paham jaga jarak aman 3 detik (menggunakan hitungan pakai ucapan). Tapi kalau teknik itu kita gunakan di Ambon, pasti berbeda. Hal seperti harus kita sadari kita memiliki perbedaan," ucap Rian.

Baca juga: Tips Merawat Motor Listrik, Jangan Langsung Ngecas Setelah Berkendara

"Perbedaan ini membuat pendekatannya (kampanye keselamatan berkendara) berbeda. Semua ada caranya masing-masing," ujar Rian.

Mengutip data NTMC Polri, selama Januari-September 2022 tercatat ada 94.617 kasus kecelakaan. Angka tersebut meningkat 24.000 kasus atau sekitar 34,60 persen dibandingkan tahun 2021.

Sementara itu, korban meninggal dunia sampai September 2022 terdata 19.054 jiwa. Naik 683 jiwa atau sekitar 3,72 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
di jakarta saja pengendara mobil dari jakarta selatan sangat berbeda dengan yang dari jakarta utara maupun timur.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau