Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Thailand Bisa Mempopulerkan Kendaraan Listrik

Kompas.com - 09/03/2023, 15:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Thailand kini merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tingkat populasi kendaraan listrik paling besar dengan market share 59 persen dari total kendaraan listrik di ASEAN.

Data tersebut merupakan akumulasi dari kendaraan ramah lingkungan yang terdaftar sampai kuartal III/2023. Dalam periode sama, Indonesia yang menduduki posisi ke-2 populasi kendaraan listriknya 25,2 persen.

Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FBUI), Khoirunurrofik menyatakan salah satu kunci dari Thailand bisa sukses ialah mereka tidak langsung beralih ke mobil listrik murni.

Baca juga: Ada Insentif Kendaraan Listrik, Apakah Jalanan Tambah Macet?

Ilustrasi mobil listrik sedang mengisi daya di SPKLU Shell Recharge di Mal Pacific PlaceKOMPAS.com/DIO DANANJAYA Ilustrasi mobil listrik sedang mengisi daya di SPKLU Shell Recharge di Mal Pacific Place

Sebab, untuk mempopulerkan battery electric vehicle (BEV) membutuhkan persiapan yang lebih panjang. Sehingga, Thailand lebih memilih mengembangkan hybrid electric vehicle (HEV) dulu, yang masih mengkombinasi penggunaan mesin dan baterai.

Menurut dia, BEV memang jenis mobil yang paling kecil kontribusi emisinya, bahkan sampai 100 persen bisa mengurangi. Namun, jangan lupa ada teknologi lain yang juga berkontribusi dalam reduksi emisi.

“Ini hanya mengingatkan kita terhadap pengurangan emisi sebenarnya tidak ada single teknologi yang bisa diadopsi, tapi multi teknologi. Thailand sudah memberikan contoh,” ujarnya.

Lebih rinci, ia menjelaskan secara komulatif populasi kendaraan hybird di Thailand sudah mencapai 160.000 unit dan BEV mencapai 40.000 unit.

Baca juga: Kendaraan yang Dapat Insentif Dilarang Kerek Harga Sampai Akhir Tahun

Penghitungan konsumsi BBM total 8 mobil hybrid dan PHEV dilakukan di Pulau Bali, hasilnya cukup mengejutkan.CUTENK Penghitungan konsumsi BBM total 8 mobil hybrid dan PHEV dilakukan di Pulau Bali, hasilnya cukup mengejutkan.

Sedangkan Indonesia populasi kendaraan hybird baru menyentuh angka 6.000 unit, dan BEV mencapai 10.000 unit.

"Memang kalau dilihat dari sisi roadmap-nya. Mereka sudah mulai dari tahun 2007, sedangkan Indonesia baru memulai di awal tahun 2014," ungkapnya.

Khoirunurrofik mengungkapkan bahwa massifnya populasi kendaraan listrik di sana juga didukung dengan tingginya pendapatan perkapita, total produksi, sampai harga di pasar yang jauh lebih murah.

Berdasarkan datanya, jumlah produksi mobil Indonesia berada di kisaran 1.121.967 unit per-tahun. Sementara Thailand, sudah mencapai 1.685.705 unit di periode sama. Jadi secara otomatis, volume kendaraan listrik yang ditawarkan ke pasar lebih banyak.

Baca juga: Kebut-kebutan di Jalan Jangan jadi Pelarian Saat Baper

Sejumlah negara dan pabrikan mobil berencana hanya akan memproduksi mobil listrik pada akhir dekade ini.AP/JON SUPER via ABC INDONESIA Sejumlah negara dan pabrikan mobil berencana hanya akan memproduksi mobil listrik pada akhir dekade ini.

Di samping itu, secara pendapatan perkapita Thailand juga lebih tinggi dengan 7.233 dollar Amerika Serikat (AS). Adapun Indonesia, walau tingkat inflasi masih bisa ditekan di level 5 persenan, pendapatan perkapita-nya 4.291 dollar AS.

Tetapi yang buat menarik, walau pendapatan rata-rata masyarakat Thailand besar, rentang harga jual mobil listrik di sana lebih murah yaitu dari Rp 181 juta sampai Rp 2,4 miliar.

Sedangkan Indonesia, mobil listrik paling murah masih berada di harga Rp 238 jutaan yaitu Wuling Air EV. Sementara mobil listrik termahal, salah satunya ialah Tesla Model Y yaitu Rp 2,4 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau