JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi arogan pengendara di jalan sering terjadi, kedua belah pihak saling terpancing membalas tindakan yang dinilai membahayakan keselamatan. Kejadian itu akhirnya merugikan dan mencemarkan nama baik masing-masing.
Contoh kasus cekcok, yaitu anggota TNI di Semarang, beberapa waktu lalu. Kejadian nyaris baku hantam hanya karena masalah tidak terima diklakson.
Peristiwa itu membuktikan masih banyak pengemudi yang labil mengontrol emosi. Padahal, berkendara kendaraan apa pun membutuhkan pengendalian diri. Meski akhirnya keduanya sudah berdamai secara kekeluargaan.
Bahkan, sebagian pihak menilai porsinya berimbang dengan teknik mengemudi. Kondisi jalan yang padat dinilai faktor utama. Lalu lintas macet, budaya antre, dan etika berkendara hilang karena tuntutan aktivitas.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana yang mengatakan, percuma memiliki kemampuan berkendara di atas rata-rata tetapi tidak mempunyai sikap saling menghargai antar-pengguna.
Baca juga: Cekcok di Jalan, Bolehkah Paksa Mobil Lain Berhenti di Jalan Raya?
Kejadian-kejadian tak terduga seperti jalur tiba-tiba dipotong, sebenarnya bila disikapi dengan bijak tidak sampai menimbulkan perselisihan. Sony menyarankan, menghadapi konflik di jalan yang penting adalah tenang dan jika perlu sebaiknya mengalah.
Tak hanya merugikan diri sendiri, perdebatan, atau tindakan fisik yang terjadi, memperburuk keadaan. Awalnya masalah ringan, namun lama-lama menyeret kedua belah pihak ke ranah hukum.
Menurut Sony, memperingatkan pengemudi lain tidak dipermasalahkan. Hanya saja, sebaiknya memahami tindakan balasan pengendara lainnya. Aksi cekcok atau kekerasan bermula dari salah paham dan kejadian tersebut sangat membahayakan pengguna jalan yang melintas.
"Mau memberikan peringatan lihat-lihat kondisi. Jika salah satu terprovokasi, mending mengalah. Cari jalan keluar. Jangan berhenti di jalan dan dilihat banyak orang. Yang rugi siapa? Kita sendiri, jika ramai dan diberitakan di mana-mana malu, dan mencemarkan nama baik," kata Sony.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.