Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emosi di Jalan Buruk untuk Diri Sendiri dan Orang Lain

Kompas.com - 17/01/2023, 16:31 WIB
Gilang Satria,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Viral video pengemudi mobil kesal mengacungkan airsoft gun kepada sopir mobil lainnya. Kejadian itu bermula akibat cekcok yang terjadi di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pria tersebut hendak menyalip saat kondisi jalan sedang macet. Pria yang diduga lagi buru-buru itu akhirnya emosi dan kesal dengan sopir mobil boks karena dianggap menghalang-halangi.

Menanggapi hal seperti ini, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, jika emosi sudah menguasai orang yang ada di jalan raya, membuat seseorang tidak bisa berpikir jernih.

Sony mengingatkan, ketika mengemudi lebih baik fokus, lepaskan segala masalah sebelum mulai berkendara. Ketika mengemudi dalam keadaan emosi, risiko kecelakaan bakal semakin besar.

Baca juga: Posisi Tuas Transmisi Mobil Matik yang Benar Saat Macet di Jalan Menanjak

Ilustrasi mengemudiSHUTTERSTOCK Ilustrasi mengemudi

"Selalu berpikir positif selama berkendara, mengalah, sopan, dan berbagi dengan pengguna jalan lain karena itu adalah area publik," kata Sony kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

"Kalau ada provokasi dan kontak fisik, lakukan tindakan defensive, menghindar dan berlindung utk meminimalkan cedera yang lebih parah," ucapnya.

Sony mengatakan, ada dua hal yang menyebabkan pengemudi punya perilaku yang gampang emosi, yaitu karakter dan minimnya pengetahuan keselamatan.

“Karakter keras, kaku, atau egois muncul dari lingkungan yang terbangun tanpa mengedepankan kebersamaan, persaudaraan, berbagi, dan tolong menolong. Sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak mau kalah,” ucap Sony.

Baca juga: Tidak Ada Perbedaan, Biaya Pembuatan SIM C, C1 dan C2 Rp 75.000

Kemacetan di Jalan Ir H Juanda, Jakarta Pusat, imbas bubaran massa Reuni 212, Sabtu (2/12/2017).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Kemacetan di Jalan Ir H Juanda, Jakarta Pusat, imbas bubaran massa Reuni 212, Sabtu (2/12/2017).

Sony mengatakan, perilaku egois di jalan raya merupakan tabiat buruk. Sebab ketika ada sedikit konflik di jalan raya, seseorang langsung emosi dan bisa burujung adu otot.

Training Director The Real Driving Centre, Marcell Kurniawan mengatakan, orang yang mudah tersulut emosi, biasanya tidak menyiapkan mental yang positif saat sebelum mulai berkendara.

Masalah emosi yang mudah tersulut ini biasa dikenal dengan istilah road rage.

“Jadi sebelum memasuki kabin kendaraan, pastikan untuk menghilangkan emosi negatif atau yang berlebihan. Mengemudilah dengan emosi yang stabil,” kata Marcell kepada Kompas.com.

Marcell mengingatkan, sebesar 33 persen road rage bisa berujung pada kecelakaan.

Baca juga: Apakah Ada Efek Samping jika Sering Gonta-ganti Merek BBM?

Ilustrasi mengemudi BMW 220i Coupe M SportKompas.com Ilustrasi mengemudi BMW 220i Coupe M Sport

“Untuk menciptakan pikiran yang positif sebelum berkendara, harus membangun kesadaran pribadi bahwa tidak ada gunanya kemarahan di jalan raya. Lebih baik mengalah karena akan membuat kita selamat,” ucap Marcell.

Selain itu, harus diingat untuk tidak pernah menyepelekan aktivitas mengemudi. Marcell mengatakan kalau mengemudi merupakan pekerjaan full time yang memerlukan konsentrasi fisik dan mental yang terus menerus.

Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia wilayah Jakarta Anna Surti Ariani, mengatakan, tingginya emosi seorang pengemudi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya edukasi terhadap aturan lalu lintas, atau kondisi psikologis.

Nina sapaannya, mengatakan dari kacamata psikologi ada cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi saat sedang berkendara di jalan raya. Ada manajemen diri yang bisa dilakukan oleh pengemudi sebelum bereaksi terhadap suatu kejadian di jalan raya.

Baca juga: Bisa Semua Merek, Ini Syarat Kredit Motor Listrik di Pegadaian Syariah

Kemacetan sempat terjadi di ruas Jalan Tol Jakarta-Tangerah arah Tomang, Jakarta Barat imbas kecelakaan lalu lintas, Senin (16/1/2023). Twitter/@TMCPoldaMetro Kemacetan sempat terjadi di ruas Jalan Tol Jakarta-Tangerah arah Tomang, Jakarta Barat imbas kecelakaan lalu lintas, Senin (16/1/2023).

"Yang bisa kita sampaikan secara singkat-padat, kalau ada kejadian tertentu, jangan langsung bereaksi. Tunda dulu reaksi kita. Cara menundanya itu, antara lain, yang tercepat adalah dengan menarik napas panjang," ucap Nina saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.

Nina melanjutkan, ada kondisi atau stimulus tertentu yang memancing emosi negatif pengemudi dan membuatnya langsung bereaksi terhadap hal tersebut. Jika pengemudi bisa berhenti sejenak sebelum bereaksi, ini akan memberikan kesempatan untuk pengemudi tersebut berpikir jernih.

"Maka kita jadi mengaktifkan kemampuan berpikir rasional kita. Dan ketika kita bisa mengaktifkan kemampuan berpikir rasional kita, yang terjadi kita tidak reaktif tapi jadi berpikir, respon apa yang akan kita lakukan," ucap Nina.

Baca juga: Produksi Mobil Suzuki Indonesia Tembus 3 Juta Unit

Sebuah video yang memperlihatkan dua pengendara motor terlibat perkelahian di Jalan Tuty Alawiyah, tepat di persimpangan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, viral di media sosial. tangkapan layar Instagram @merekamjakarta Sebuah video yang memperlihatkan dua pengendara motor terlibat perkelahian di Jalan Tuty Alawiyah, tepat di persimpangan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, viral di media sosial.

Reaksi dan respon, merupakan dua hal yang berbeda. Jika reaksi cenderung spontan, respon merupakan sesuatu yang dipikirkan terlebih dulu.

Langkah termudah untuk tidak terlibat pertengkaran di jalan adalah dengan menunda reaksi dan menarik napas dalam sampai tenang, kemudian memikirkan jalan keluar lain yang bisa diambil.

Misalkan, ketika bersenggolan dengan kendaraan umum, pengemudi bisa mengambil jalan lain seperti mencatat pelat nomor atau memotret kemudian melaporkan ke pihak terkait, ketimbang harus berkonflik di jalan yang justru berakhir merugikan kedua pihak.

"Misalnya, saya akan catat nomor bus-nya, catat jamnya atau memotret kejadiannya, misalnya. Kemudian kita laporkan. Itu lebih matang," ucap Nina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau