Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketepatan Evakuasi Kecelakaan Bus Pariwisata Masih Menjadi PR

Kompas.com - 06/12/2022, 13:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus pariwisata, terutama di jalanan menurun. Hal tersebut masih menjadi momok yang harus segera diantisipasi agar tidak ada lagi korban nyawa.

Salah satu elemen penting yang dapat menentukan tingkat fatalitas pada suatu kecelakaan adalah bagaimana proses evakuasi tersebut terjadi. Misalkan kecelakaan terjadi tengah malam, di hutan, apakah informasi langsung bisa tersampaikan ke tim penyelamat?

Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan, mengatakan proses penyampaian informasi terkait kecelakaan harus benar-benar jelas, berapa kira-kira korbannya, terjadi di mana dan lain sebagainya.

Baca juga: Fakta di Balik Kecelakaan Maut Bus Wisata di Magetan, 7 Orang Tewas dan Tak Ada Jejak Rem

Sebuah bus rombongan wisata dari Kota Semarang masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter di jalur maut Sarangan - Tawangmangu.. Bus diduga mengalaminkwrusakan rem sehingga menabrak beai pembatas jalan dan masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter.KOMPAS.COM/SUKOCO Sebuah bus rombongan wisata dari Kota Semarang masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter di jalur maut Sarangan - Tawangmangu.. Bus diduga mengalaminkwrusakan rem sehingga menabrak beai pembatas jalan dan masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter.

“Bila operasional bus-bus pariwisata ini benar-benar terintegrasi dengan baik, maka setiap perjalanan yang melibatkan bus pariwisata ini bisa termonitor, sedang berjalan menuju mana, membawa penumpang berapa, informasi semacam ini penting,” ucap Wildan dalam Forum Kehumasan dan Media Rilis ‘Keselamatan Bus Pariwisata di Indonesia (Studi Kasus Kecelakaan Bus Wisata di Tebing Bego Bantul)’.

Dia mengatakan seharusnya ketika bus mengalami kecelakaan maka sinyal darurat atau sejenisnya bisa langsung terkirim secara otomatis ke pihak-pihak penyelamat seperti rekan medis dan tim lainnya.

“Jangan sampai korban yang perlu dievakuasi berjumlah puluhan, tapi rekan medis hanya menyiapkan satu ambulan karena informasi yang tidak jelas, ini akan menyita waktu, maka dari itu informasi harus jelas sehingga tim penyelamat akan mempersiapkan peralatan dengan cepat dan tepat,” ucap Wildan.

Baca juga: 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus di Magetan Telah Dipulangkan dari RSUD Sayidiman

Sebuah bus rombongan wisata dari Kota Semarang masuk jurang sedalam 10 meter di jalur maut Sarangan - Tawangmangu.. Bus diduga mengalaminkwrusakan rem sehingga menabrak beai pembatas jalan dan masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter.KOMPAS.COM/SUKOCO Sebuah bus rombongan wisata dari Kota Semarang masuk jurang sedalam 10 meter di jalur maut Sarangan - Tawangmangu.. Bus diduga mengalaminkwrusakan rem sehingga menabrak beai pembatas jalan dan masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter.

Dia juga menjelaskan medan terjadinya kecelakaan bus pariwisata biasanya di tempat-tempat terpencil, dan ini juga perlu dipersiapkan oleh tim penyelamat.

Dosen Universitas Negeri Jember Sonya Sulistiyono menyarankan, bahwa dibutuhkan standarisasi GPS yang terintegrasi pada setiap bus pariwisata karena dari beberapa peristiwa kecelakaan bus hanya ada sedikit bus yang dilengkapi GPS yang lengkap, lainnya hanya GPS biasa.

“Jika semua bus pariwisata dibekali GPS yang bagus, terintegrasi dengan baik, maka informasi yang tersampaikan akan lengkap sehingga bisa mempercepat proses evakuasi, diharapkan bisa meminimalisir terjadinya korban jiwa,” ucap Sonya.

Baca juga: Butuh Terminal Transit Bus Pariwisata pada Akses Obyek Wisata

Jadi, kecepatan dan ketepatan ini bisa jadi dipengaruhi oleh kelengkapan GPS yang ada pada setiap bus, sehingga alat tersebut bisa segera dilengkapi agar mengurangi tingkat fatalitas pada kecelakaan bus pariwisata.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com