JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mobil Anak Bangsa (MAB) sudah mulai melakukan aktivitas penjualan atas bus listriknya, produk lokal yang pertama kali tampil di 2018 lalu.
Berdasarkan catatan perseroan, saat ini sudah ada sekitar 40 unit bus yang laku terjual. Mayoritas, kendaraan dijadikan transportasi antar-jemput karyawan dan angkutan wisata.
Hanya saja apabila berbicara Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), mobil ini masih sedikit melibatkan industri rumahan lokal. Pasalnya, bus listrik MAB baru memiliki konten lokal sekitar 35 persen saja.
Baca juga: Pikap Suzuki New Carry PU FD Paling Laris di Juni 2022
Direktur Utama PT MAB Kelik Irwanto menjelaskan, hal tersebut karena beberapa komponen penting pada bus listrik belum ada di Indonesia. Sehingga, perseroan terpaksa mendatangkannya dari luar negeri supaya bisa melakukan produksi.
"Yang masih kita impor, karena tidak ada di Indonesia ada tiga komponen utama. Baterai yakni dari CATL, controller, dan excel. Ketiga bagian ini belum ada di sini (pabrik)," katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/7/2022).
"Kita sudah 70 tahun lebih merdeka, tapi belum ada pabrik excel. Oleh karena itu semangatnya MAB ini, kita kerja sama dengan berbagai pihak termasuk UI soal riset, mendorong kalau bisa semuanya ada di Indonesia," lanjut Kelik.
Sehingga, langkah jangka panjangnya, tingkat TKDN atas kendaraan listrik bisa tinggi. Sebab pada akhirnya, ini akan menguntungkan negara juga, terkhusus dalam sektor manufaktur dan otomotif.
"Bayangkan saja, baterai itu kurang lebih bobotnya 30 persen sendiri di dalam kendaraan listrik murni. Jadi kita berharap, para pemain industri baterai itu cepat membuat pabrik di Indonesia karena kan bahan bakunya juga ada di sini," ujar Kelik.
Diketahui, Indonesia tengah membuka seluas-luasnya kesempatan para investor untuk masuk ke dalam negeri membangun ekosistem dan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
Sejauh ini, beberapa perusahaan sudah mulai mengungkapkan komitmennya. Satu diantaranya, ialah perusahaan teknologi asal Korea, LG Energy Solution yang membuka pabrik pembuatan baterai di kawasan Industri Batang.
Baca juga: Sepeda Motor Listrik Mulai Menjamur, Begini Tanggapan AISI
Tidak tanggung-tanggung, investasinya mencapai 9,8 miliar dollar AS atau Rp 142 triliun. Membuat, proyek akan menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara.
Sayangnya, hingga kini belum ada kejelasan kapan pabrik baterai terkait akan beroperasi. Sebaliknya, pengembangan baterai mobil listrik beringsut cepat, terdapat tren meninggalkan kandungan kobalt.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.