Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Aksesori Mobil yang Sebenarnya Berbahaya, tapi Tetap Dijual Bebas

Kompas.com - 09/06/2022, 16:50 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang yang menyematkan aksesori pada mobilnya dengan berbagai alasan. Namun, tak sedikit yang paham bahwa aksesori tertentu sebenarnya memiliki potensi bahaya.

Beberapa aksesori mobil memang dijual secara bebas. Tapi, terkadang ada beberapa orang yang tidak paham cara aman menggunakannya, sehingga membahayakan dirinya sendiri dan pengguna jalan lainnya.

Baca juga: Sebab Bisnis Aksesori Mobil Sekarang Sepi

Berikut deretan aksesori mobil yang berpotensi bahaya:

1. Gantungan Spion Tengah

Bahaya menggantungkan pengharum kabin dari botol di spion tengahDok. Hondasolobaru.co.id Bahaya menggantungkan pengharum kabin dari botol di spion tengah

Menggantung hiasan atau parfum mobil di spion tengah lebih banyak negatif dibandingkan positif. Posisinya yang ada di tengah bukan tak mungkin dapat menghalangi visibilitas pengemudi.

Selain itu, jika wadah yang digunakan terbuat dari kaca atau bahan yang keras, bisa saja mengenai kaca saat pengereman mendadak. Sehingga, kaca menjadi retak atau pecah.

Baca juga: Jeritan Pedagang Aksesori Mobil di MGK Kemayoran

"Dari sisi safety driving, kita harus memperhatikan visibilitas windshield kita. Kaca retak bisa menyebabkan terganggunya visibilitas," ujar Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Center (RDC), kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

2. Knop Setir

Forklift knob di lingkar kemudicandoability Forklift knob di lingkar kemudi

Pada kendaraan berat, seperti forklift, terdapat knop pada bagian setirnya untuk membantu pengemudi memutarnya. Aksesori tersebut banyak juga dijual untuk mobil penumpang.

Training Director The Real Driving Center (RDC) Marcell Kurniawan, mengatakan, di luar negeri, aksesori tersebut dinamakan "Suicide Knob". Menurutnya, penggunaan knop ini pada setir mobil sangat berbahaya.

"Pertama, saat ban depan mobil mengenai batu atau naik trotoar, setir bisa berputar tanpa kendali, dan knop ini bisa mematahkan jempol," ujar Marcell, kepada Kompas.com, belum lama ini.

Marcell menambahkan, penggunaan knop ini juga sangat fatal bila terjadi tabrakan frontal dan pengemudi tidak menggunakan safety belt atau sabuk pengaman.

"Efek kerusakan pada tulang rusuk akan jauh lebih parah dan dapat menyebabkan kematian," kata Marcell.

Selain itu, bagi kendaraan yang sudah dilengkapi dengan airbag, knop setir ini dapat mengganggu saat airbag mengembang.

3. Karpet Mobil

Pedal gas menyangkut pada karpet mobil, membuat mobil hilang kendali dan melaju tidak terkendalitiktok/@wilonaputri997 Pedal gas menyangkut pada karpet mobil, membuat mobil hilang kendali dan melaju tidak terkendali

Banyak pemilik mobil yang menggunakan karpet tambahan. Sayangnya, karpet tersebut justru berpotensi menyebabkan kecelakaan. Sebab, ada kemungkinan pedal gas tersangkut pada karpet.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan, pengemudi perlu memilih karpet yang melewati pedal gas.

"Karena itu, pilihlah karpet yang betul-betul melewati pedal gas, bukan setengah atau terlalu pendek, karena itu bisa mengganggu atau mengganjal pedal gas sendiri," ujar Jusri, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

4. Buzzer Sabuk Pengaman

sabuk pengaman mobil (Kompas.com / janlika putri)janlika sabuk pengaman mobil (Kompas.com / janlika putri)

Mobil-mobil zaman sekarang akan mengeluarkan peringatan jika pengemudi atau penumpang tidak menggunakan sabuk pengaman.

Namun, banyak orang yang malas memakai sabuk pengaman dan untuk mencegah alarm peringatan tersebut berbunyi digunakanlah buzzer.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, ketika terjadi pengereman atau tabrakan, orang yang tidak pakai sabuk pengaman akan bergerak dengan kecepatan semula mobil tersebut.

“Misalkan kecepatan mobil 60 kilometer per jam, maka orang yang tidak pakai sabuk pengaman juga akan terdorong ke depan dengan kecepatan 60 kilometer per jam," kata Jusri.

5. Lampu Sorot Kelap-kelip

Pengemudi tak bertanggung jawab yang menggunakan lampu sorot jadi lampu rem kelap-kelipDok. @dashcamindonesia Pengemudi tak bertanggung jawab yang menggunakan lampu sorot jadi lampu rem kelap-kelip

Salah satu yang kerap ditemui adalah maraknya penggunaan lampu kendaraan yang mengeluarkan cahaya kelap-kelip atau berkedip. Banyak yang meletakkan lampu sorot tersebut di bagian belakang mobil.

Lampu yang dipasang di bumper bawah ini bercahaya putih dan menyala terang ketika mobil melakukan pengereman. Tentu saja lampu tersebut menyilaukan pengguna jalan lain yang berada tepat di belakang mobil tersebut.

Training Director Safety Defensive Consultant Sony Susmana mengatakan, modifikasi seperti itu sudah lama dan banyak dilakukan oleh pengemudi yang tidak paham aturan.

“Pastinya mereka memiliki asumsi mengapa melakukan modifikasi tersebut, mungkin untuk menjaga keamanannya, atau pernah punya trauma ditabrak dari belakang,” ujar Sony, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Sony melanjutkan, hal tersebut bisa juga terjadi karena pengemudi bergaul dengan orang yang gagal paham, sehingga menaruh lampu yang menyilaukan di belakang mobil.

Ia juga mengingatkan, bahwa pemilik kendaraan tidak boleh asal menambahkan atau mengganti warna lampu, semua ada aturannya.

“Lampu yang ada di mobil sudah jelas, baik warna maupun penempatannya, jadi tidak perlu ditambah. Kecuali mobil tadi digunakan dengan pertimbangan tertentu dan tidak di tempat umum,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com