Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harus Bisa Jadi Pemain Global Kendaraan Listrik

Kompas.com - 25/05/2022, 17:21 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas industri, khususnya sektor manufaktur menjadi musuh bersama industri otomotif dalam negeri. Jadi, dibutuhkan berbagai langkah strategis agar menekannya.

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan ialah menghadirkan produk ramah lingkungan dengan Multi-Pathway Approach dan menciptakan proses manufaktur yang ramah lingkungan alias green manufacturing.

Produk ramah lingkungan yang dimaksud meliputi kendaraan elektrifikasi lengkap, dari flexy-engine, Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Battery Electric Vehicle (BEV), biofuel, sampai LCGC.

Baca juga: Toyota Jamin Produk Kendaraan Listrik Buatan Indonesia Akan Diekspor

Pabrik Toyota yang ada di wilayah Durban, Afrika Selatan.Nikkei Pabrik Toyota yang ada di wilayah Durban, Afrika Selatan.

"Dalam mencapai Net-Zero Emission pada 2060, sebagaimana komitmen Indonesia yang sudah diputuskan, kita harus setuju bila musuh bersama kita adalah emisi karbon," kata Warih Andang Tjahjono Presiden Direktur TMMIN dalam seminar virtual, Rabu (25/5/2022).

"Kami meyakini bahwa pengembangan kendaraan elektrifikasi perlu melibatkan seluruh stakeholder industri otomotif. Mulai dari para pemangku kebijakan, pelaku bisnis, sampai akademisi terutama generasi muda," lanjutnya.

"Jadi, mari kita wujudkan agar semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi menurunkan emisi karbon. No one left behind," kata Warih lagi.

Langkah strategis itu juga memiliki tujuan supaya Indonesia bisa menjadi pemain global produsen kendaraan listrik yang dapat berkompetisi dan berperan penting dalam rantai suplai pasar internasional.

Apalagi, selama ini TMMIN tidak hanya memasarkan produk kendaraan di Indonesia tapi juga ekspor dengan komposisi 50:50. Demikian pula untuk kendaraan elektrik alias listrik nanti.

Baca juga: Kategori dan Fasilitas Tiket Formula E Jakarta, Termahal Rp 10 Juta

Seminar Nasional Elektrifikasi ---Presiden Direktur PT Toyota-Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih A. Tjahjono (kedua kanan) didampingi Direktur TMMIN Bob Azam (kedua kiri) bersama Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro (Undip) Ambariyanto (ketiga kanan) beserta para dekan Undip berfoto di depan Kijang Innova EV Study, di sela penyelenggaraan seminar nasional bertajuk ?100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission? di Fakultas Teknik Undip Semarang, Rabu(25/5). Toyota berkolaborasi bersama civitas akademia Undip  Semarang mengadakan seminar nasional ini dalam rangka upaya mendukung dan mewujudkan cita-cita pemerintah mencapai target masa depan Indonesia ?Bebas Emisi?.dok.TMMIN Seminar Nasional Elektrifikasi ---Presiden Direktur PT Toyota-Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih A. Tjahjono (kedua kanan) didampingi Direktur TMMIN Bob Azam (kedua kiri) bersama Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro (Undip) Ambariyanto (ketiga kanan) beserta para dekan Undip berfoto di depan Kijang Innova EV Study, di sela penyelenggaraan seminar nasional bertajuk ?100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission? di Fakultas Teknik Undip Semarang, Rabu(25/5). Toyota berkolaborasi bersama civitas akademia Undip Semarang mengadakan seminar nasional ini dalam rangka upaya mendukung dan mewujudkan cita-cita pemerintah mencapai target masa depan Indonesia ?Bebas Emisi?.

Dalam kesempatan serupa, Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Emma Rachmawati menyebut bahwa industri manufaktur turut menyumbang emisi dalam aktivitasnya.

Apabila ditarik lebih jauh, maka sektor transportasi menjadi salah satu turunan dalam kegiatan dimaksud walau tidak secara langsung.

Berdasarkan datanya, sampai dengan 2021 kegiatan yang melibatkan renewable energy baru sekitar 13 persen. Sementara target pemerintah, mencapai 23 persen pada 2025.

"Sehingga energi baru dan terbarukan harus segera cepat diadopsi guna menekan emisi gas rumah kaca," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau