JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak penyeragaman Electronic Control Unit (ECU), tiap pabrikan mencari cara untuk meningkatkan akselerasi. Banyak yang menyiasatinya dengan menggunakan winglet. Tapi, sekarang KTM justru ingin perangkat tersebut dilepas.
Winglet yang ada pada motor balap MotoGP dipopulerkan oleh Ducati. Dengan memanfaatkan aerodinamika, winglet berguna untuk memberikan gaya tekan pada ban depan.
Sehingga, saat motor berakselerasi, ban depan tetap berada di tanah. Hasilnya, sensor tidak membaca adanya wheelie. Sebab, jika terjadi wheelie, maka wheelie control akan bekerja.
Baca juga: Marc Marquez Sebut Motor MotoGP Lebih Baik Tanpa Winglet
Wheelie control bekerja dengan cara memutus atau mengurangi tenaga saat sensornya membaca ban depan terangkat ketika berakselerasi. Sehingga, mencegah motor sampai terangkat.
Namun, perangkat tersebut juga memiliki kekurangan. Menurut sebagian pabrikan, adanya winglet atau aero fairing hanya meningkatkan anggaran.
Dari sisi keselamatan, winglet yang terbukti meningkatkan akselerasi akan menambah top speed. Pada beberapa area sirkuit, dengan semakin kencangnya motor, maka akan semakin berbahaya.
"Masalah yang serius adalah para pebalap tidak lagi bisa merencanakan untuk melakukan manuver menyalip dengan normal. Anda harus benar-benar dekat untuk memiliki kesempatan tersebut," ujar Pit Beirer, Direktur Motorsport KTM, dikutip dari Speedweek.com, Senin (23/6/2022).
Baca juga: Winglet Pengaruhi Gaya Balap, Ini Keluhan Valentino Rossi
Namun, Beirer menambahkan, jika motor terlalu dekat dengan motor di depan, ban depan akan mengalami overheat. Sehingga, pebalap harus menjaga jarak.
"Jika Anda bergeser setelah melakukan slipstream untuk menyalip, Anda akan mengalami turbulensi yang menurut pebalap sulit untuk bertahan di motor dengan baik. Jika pebalap menjaga jarak, mereka akan terlalu jauh untuk mulai manuver menyalip dengan ride height device dan lainnya," kata Beirer.
Beirer mengatakan, itulah mengapa terkadang balapan terlihat membosankan, karena pebalap kesulitan untuk menyalip. Pebalap harus mengambil banyak risiko ketika menyalip pebalap lain.
Selain masalah turbulensi yang membuat pebalap jadi sulit untuk menyalip, masalah keselamatan lainnya mulai jadi perhatian seandainya seorang pebalap terjatuh dan winglet terlepas. Serpihan atau pecahan dari komponen karbon yang ada di trek dinilai dapat membahayakan.
"Melalui semua pengembangan ini, tercipta balapan membosankan, dan menghasilkan top speed yang lebih lagi, yang mana kami tidak lagi membutuhkannya, karena 365 km/jam tidak diperlukan lagi. Tidak ada pabrikan yang ingin menginvestasikan banyak uang untuk merasakan balapan yang membosankan pada akhirnya," ujar Beirer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.