JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh truk mengalami rem blong sudah jamak terjadi di berbagai daerah, seolah tidak ada solusi pencegahan yang efektif agar insiden serupa tidak terjadi lagi.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kerap menemukan kasus rem blong pada kendaraan niaga baik angkutan penumpang maupun angkutan barang terjadi pada jalan menurun.
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan menjelaskan, di jalan menurun terdapat energi kinetik yang berasal dari gaya gravitasi, berbeda dengan ketika kendaraan melaju di jalan datar.
Baca juga: Polri Tegaskan Ganti Warna Pelat Nomor dan Pasang Cip Tak Dipungut Biaya
"Jika kita mengerem di jalan datar, roda berhenti berputar, putaran mesin turut melambat. Jadi menghentikan kendaraan di jalan datar hanya dengan rem itu efektif," kata Wildan kepada Kompas.com, Senin (24/1/2022).
"Tidak demikian di jalan menurun. Saat mengerem, roda hanya sesaat berhenti. Begitu rem diangkat maka roda kembali berputar oleh gaya yang jauh lebih besar. Inilah energi potensial yang diciptakan gaya gravitasi," ujarnya lebih lanjut.
Maka dari itu, telah disediakan rem dalam berbagai macam demi keselamatan. Selain rem utama yang berbasis gesekan untuk mengerem di jalan datar, ada rem pembantu berupa engine brake dan exhaust brake untuk menahan putaran mesin dan roda dalam melawan gaya gravitasi. Rem pembantu digunakan untuk memperlambat putaran roda, bukan menghentikan.
Baca juga: Mengenal Pelat Nomor Kendaraan Berdasarkan Warna Dasarnya
Sayangnya, Wildan menilai masih ada pengemudi yang tidak paham akan pengetahuan tersebut. Kerap ia temui pengemudi bus dan truk masih mengandalkan rem utama secara terus menerus saat melalui jalan menurun. Tentu tindakan tersebut akan mengakibatkan rem blong.
Ia menilai, edukasi kepada pengemudi harus lebih rutin dilakukan guna mencegah kejadian serupa terulang kembali. Bukan hanya dari pihak pemerintah, tapi juga berbagai pihak yang terlibat.
"Saat ini hanya Ditjen Perhubungan Darat dan BPTJ yang sering berusaha mengedukasi pengemudi terkait hal ini. Seharusnya semua pihak terlibat, karena sumber daya di Ditjen Darat dan BPTJ tidak sebanding dengan jumlah pengemudi. Pemerintah Daerah, Jasa Raharja, APM, pengelola tol, harus turut serta," ucap Wildan.
"Saya ibaratkan seperti Covid-19, ketika ketemu vaksinnya semua bergerak. Nah di kasus rem blong ini vaksinnya kan sudah ketemu. Ayo semuanya bersama memberi edukasi ke pengemudi, jangan hanya Kemenhub saja," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.