JAKARTA, KOMPAS.com - Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN) mengajak Menteri Keuangan dan industri perbankan nasional untuk membangun kembali fundamental di sektor usaha bengkel otomotif agar segera bangkit.
Pasalnya, selama pandemi Covid-19 setahun kemarin industri tersebut kerap mengalami perlambatan. Sehingga, tidak sedikit yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Ketua Umum PBOIN Hermas E Prabowo, industri perbankan nasional acap kali kurang tepat dalam menilai kelayakan permohonan dan persetujuan kredit sektor usaha bengkel otomotif dan skema kredit yang ditawarkan.
Baca juga: Masyarakat Indonesia Hanya Butuh Mobil Listrik Murah
"Jadi kita minta agar mereka lebih jeli lagi melihat peluang penyaluran pada penyaluran pinjaman di sektor usaha ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (18/10/2021).
Pasalnya lanjut Hermas, pemberian skema kredit yang tepat akan saling beri manfaat bisnis bagi perbankan dan sektor usaha bengkel otomotif.
Sektor bengkel otomotif sendiri, terdiri dari berbagai skala ataupun tingkatan usaha, masing-masing kebutuhan kredit dan kemampuannya berbeda.
PBOIN membagi sektor usaha bengkel otomotif di Indonesia dalam dua kelompok besar yaitu, bengkel dealer (authorized workshop) dan bengkel mandiri (independent workshop).
Di luar kelompok besar bengkel itu ada mekanik freelance atau online. Mereka memberikan jasa perawatan dan perbaikan kendaraan, hanya belum punya lokasi bengkel menetap sekalipun sewa, dengan peralatan yang terbatas.
Baca juga: Perkembangan Mobil Listrik di Indonesia
Khusus untuk bengkel mandiri terbagi lagi dalam dua kelompok, yaitu bengkel mandiri skala mikro, kecil dan menengah (UMKM); dan bengkel mandiri skala besar dengan jaringan bisnis luas dan modal serta omset yang besar.
Untuk bengkel mandiri kelompok UMKM, terbagi lagi dalam tiga skala usaha, yaitu bengkel skala mikro, kecil dan menengah. Bengkel mandiri UMKM skala mikro umumnya masih perlu penataan manajemen keuangan, belum ada pemisahan keuangan rumah tangga dan bengkel.
Adapun untuk bengkel mandiri UMKM skala kecil dan menengah, umumnya sudah berbadan hukum dan manajemennya lebih baik. Usahanya juga relatif lebih tertata, dengan penerapan standar pelayanan dan kerja yang juga relatif lebih baik. Kelompok ini memiliki beberapa karyawan, sebagian dengan spesialisasi.
"Sehingga kebutuhan kredit mereka berbeda. Misal untuk mikro dan mekanik freelance atau online, kecenderungan kredit yang diperlukan ialah mengenai modal usaha untuk memulai usaha bengkel yang menetap," kata dia.
Baca juga: Kendaraan Bakal Dapat Stiker Hologram Bukti Bayar Pajak
Untuk bengkel mandiri skala kecil dan menengah, tidak terlalu memerlukan kredit modal usaha. Karena kepercayaan yang mereka bangun memungkinkan kebutuhan sparepart dan peralatan kerja dipasok supplier dengan sistem pembayaran tempo.
Yang dibutuhkan oleh pelaku usaha bengkel mandiri UMKM skala kecil dan menengah di perkotaan adalah kredit kepemilikan lahan bengkel, dengan skema seperti KPR.
"Dukungan dan perhatian dari Menteri Keuangan RI juga perbankan sangat dibutuhkan," jelasnya.
Adapun saat ini, usaha bengkel otomotif di Indonesia lebih dari 400.000 yang mempekerjakan lebih dari 2 juta pekerja, menghidupi lebih dari 5 juta jiwa yang terkait langsung.
"Sektor usaha bengkel otomotif berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja, mengatasi pengangguran dan kemiskinan, juga berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sudah saatnya mendapat perhatian yang proporsional," ujar Hermas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.