JAKARTA, KOMPAS.com - Ramainya pemain kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia, tak berbanding lurus dengan populasinya. Hal tersebut menjadi sinyal bila masih adanya kendala dalam memasyarakatkan electric vehicle (EV).
Ida Nuryatin Finahari, Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistirkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengakui bila memang masih ada beberapa tantangan yang dihadapi untuk saat ini.
"Tentunya semua pasti tahu, ini masalah harga mobili listrik yang masih tinggi dibandingkan mobil konvensional. Hal ini karena diketahui komponen utamanya adalah baterai, di mana baterai ini masih impor," ucap Ida dalam seremoni virtual peluncuran EVCuzz, Selasa (31/8/2021).
Baca juga: Tiba di Indonesia, Intip Spesifikasi Jeep Wrangler dan Gladiator 2021
Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan upaya lebih yang salah satunya memproduksi sendiri baterai secara lokal di Indonesia. Menurut Ida, langkah-langkah tersebut sudah terlihat dan akan mulai berjalan.
Ida mengatakan, salah satunya seperti upaya yang dilakukan Hyundai dengan LG Chem untuk membangun pabrik baterai di Tanah Air. Diharapkan dengan demikian menjadi salah satu cara mereduksi harga mobil listrik yang masih tinggi saat ini.
Selain itu, infrastruktur pengisian daya atau SPKLU, juga menjadi kendala. Kementerian ESDM menargetkan pada 2021 memiliki 572 unit, namun sampai dengan pertengahan tahun 2021, baru 166 unit yang terpasang.
"Kita punya target yang besar, di 2030 sekitar 2,2 juta mobil listrik dengan SPKLU 31.000 unit, sementara sekarang yang terpasang belum ada 200 unit. Namun dengan EVCuzz (pemain swasta) ini menjadi peluang untuk mengembangkan SPKLU dan SPBKLU, dan ini menandakan peluang bisnisnya masih terbuka lebar," ujar Ida.
Baca juga: MAB Serahkan Bus Listrik MD 12E NF ke Perusahan Kertas
Dari segi kepercayaan diri mengenai masa depan kendaraan listrik di Indonesia, Ida menegaskan pemerintah optimis ke depannya nanti dengan adanya pembangunan infrastruktur yang masif akan membuat populasinya bertambah.
Apalagi bila Indonesia sudah memiliki industri baterai, yang secara otomatis nantinya juga berperan untuk mereduksi harga jual dari mobil listrik.
"Kalau sekarang 2021 sudah mau berakhir, bisa jadi di 2022 atau 2023 akan terlihat lebih banyak pembangunan SPKLU dan SPBKLU. Belum lagi ujungnya nanti, saat sudah ada (produksi) baterai di dalam negeri yang terwujud antara 2023 dan 2024, baru akan terlihat masifnya kendaraan listrik di Indonesia, jadi harus optimis memang," kata Ida.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.