JAKARTA, KOMPAS.com - Hyundai akan menarik atau recall sebanyak 82.000 mobil listrik secara global, untuk penggantian baterai setelah muncul 15 laporan kebakaran yang melibatkan kendaraan terkait.
Kendati jumlah yang terlibat terbilang kecil, hal ini berpotensi membuat pabrikan asal Korea Selatan tersebut harus mengeluarkan biaya besar hingga sekitar 900 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau Rp 12,8 triliun.
Di samping itu, perbaikan dalam proses produksi pun akan menyulitkan karena pabrikan harus melakukan beberapa penyesuaian ulang. Padahal mobil listrik merupakan teknologi baru di dunia otomotif.
Baca juga: Aturan Mobil 10 Tahun ke Atas Dilarang Masuk Jakarta Sedang Disiapkan
Dilansir Carscopps pada Jumat (26/2/2021), penggantian seluruh baterai pada mobil listrik pun merupakan salah satu tindakan ekstrem dan perlu biaya serta waktu yang tak sebentar.
Bahkan, biaya pekerjaan disebut hampir sama seperti mengganti seluruh mesin pada mobil konvensional.
Laporan CNN menyebut, jika dihitung per unit dibanding recall global pada produsen otomotif lain, misalnya General Motors (GM), biaya yang dikeluarkan untuk penggantian kantung udara Takata memakan 1,2 miliar dollar AS atau Rp 17,1 triliun.
Tapi, kala itu kendaraan yang terlibat sebanyak 7 juta unit mobil. Berarti, biaya recall per unit-nya kurang dari Rp 2,8 jutaan.
Adapun biaya rata-rata penarikan kembali mobil selama 10 tahun terakhir, menurut direktur praktik otomotif dan industri di AlixPartners, Mike Held, adalah sekitar 500 dollar AS per kendaraan atau Rp 7,1 juta.
Baca juga: Ini Spesifikasi Tesla Model 3 yang Jadi Mobil Patroli Korlantas Polri
"Secara keseluruhan, keamanan dan daya tahan baterai akan semakin penting jika perusahaan otomotif ingin menghindari sebagian besar biaya penarikan kembali baterai," katanya.
Biaya penarikan kembali Hyundai adalah indikasi lain betapa mahalnya baterai mobil listrik terhadap biaya seluruh mobil.
Sampai biaya baterai turun, melalui produksi yang lebih besar di seluruh dunia dan skala ekonomi, biaya pembuatan kendaraan listrik akan tetap lebih tinggi daripada mobil bensin yang sebanding.
Begitu baterai menjadi lebih murah, seperti yang diharapkan di tahun-tahun mendatang, mobil listrik bisa menjadi jauh lebih murah untuk dibuat karena memiliki lebih sedikit bagian yang bergerak dan butuh waktu perakitan 30 persen lebih efisien.
Baca juga: Daftar Mobil Listrik yang Jadi Kendaraan Dinas di Indonesia
Meski demikian, dalam semua laporan kebakaran yang melibatkan mobil listrik Hyundai, tidak meninggalkan korban jiwa. Banyak kejadian terjadi setelah pemilik tak berada di dalam mobil.
Mobil listrik yang terlibat dalam program recall Hyundai di antaranya Kona EV, Ioniq EV, dan Elec City produksi November 2017 hingga Maret 2020.
Pihak Hyundai mengatakan, penyelidikan atas kebakaran telah dilakukan dan menunjukkan sel baterai buatan LG dapat rusak sehingga mengalami korsleting.
Namun, saat ini diakui bahwa proses pembicaraan dan identifikasi kasus masih berjalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.