JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini, kecelakaan truk sering terjadi di Indonesia. Salah satu faktor terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan adalah faktor dari manusia atau human error.
Seperti contoh video viral yang diunggah oleh akun @dashcam_owners_indonesia. Dalam video berdurasi 21 detik tersebut, memperlihatkan dua pengendara motor yang di tabrak oleh truk berkecepatan tinggi saat baru keluar dari sebuah SPBU di Subah Batang.
Baca juga: Pahami Perbedaan Penggunaan Lampu Sein Bus di Jawa dan Sumatera
Kecelakaan yang menewaskan salah satu pengemudi motor itu diduga karena sopir truk kehilangan kendali lantaran mengantuk.
Berkaca dari kejadian ini, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, mengantuk sama bahayanya dengan berkendara dalam kondisi mabuk.
Oleh sebab itu, jangan pernah memaksakan, lebih baik berhenti sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut.
View this post on Instagram
“Berkendara harus fokus untuk meminimalisir human error atau kealpaan saat mengemudi,” ujar Jusri belum lama ini kepada Kompas.com.
Agar bisa fokus, pengemudi harus memastikan kondisi kendaraan dalam keadaan baik. Selain itu, pengemudi juga harus dalam keadaan sehat, tidak sedang mengantuk atau berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Baca juga: Impresi Perdana Jajal Performa Nissan Magnite di Jalur Perkotaan
Untuk masalah mengantuk, menurut Jusri tidak ada obatnya selain tidur atau beristirahat. Sebab jika berkendara dalam kondisi mengantuk, kemampuan kognitif akan sangat menurun.
“Apalagi konteksnya dalam kecepatan tinggi, kadang-kadang mereka berkendara tanpa sadar bahaya di depannya sendiri,” kata Jusri.
Training Director Safety Defensive Consultant Sony Susmana menambahkan, mengemudikan kendaraan dalam kondisi mengantuk sangatlah berbahaya. Maka dari itu, sebaiknya pengemudi jangan memaksakan untuk berkendara dan mengambil waktu sejenak untuk beristriahat.
“Kalau tetap memaksa mengemudi dalam kondisi mengantuk, risikonya sangat besar. Bisa terjadi kecelakaan,” ucap Sony.
Untuk menjaga kondisi tubuh tetap prima selama berkendara, Sony menambahkan, seorang pengemudi perlu beristirahat secara berkala.
“Idealnya, pengemudi wajib berhenti selama 30 menit setiap 3 jam sekali. Serta meluangkan waktu tiga menit untuk streching dan itu harus didukung oleh penumpangnya,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.