JAKARTA, KOMPAS.com – Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang telah melonggar, kegiatan bisnis pun sudah dibuka pemerintah, namun industri otomotif diprediksi tidak bisa pulih dengan cepat.
Pemulihan disebut masih butuh waktu, setelah sejumlah aktivitas pabrik harus terhenti dalam tiga bulan terakhir akibat pandemi virus corona.
Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan, kondisi pasar domestik maupun ekspor saat ini masih cenderung lesu.
Baca juga: Gojek Tengah Uji Coba Sekat Partisi untuk Mitra GoRide
“Kalau domestik belum membaik, karena PSBB baru melonggar. Pasar ekspor juga belum membaik, negara-negara Asia Tenggara belum pulih semua, sedangkan Timur Tengah masih tertekan harga minyak,” ujar Bob, kepada Kompas.com (11/6/2020).
Bob mengatakan, industri otomotif saat ini butuh stimulus dari pemerintah agar terjadi peningkatan daya beli.
Misalnya dalam bentuk pemangkasan tarif pajak kendaraan bermotor (PKB). Seperti diketahui, PKB dibayarkan saat awal pembelian, serta wajib dibayar lagi setiap tahun, dan dimasukkan dalam komponen harga ritel.
Baca juga: Ini Daftar Harga Resmi Bikin SIM A, B, dan C
“Kami harapkan ada tax deduction untuk menstimulus daya beli. Tapi tax deduction ini yang tidak mengurangi pendapatan pemerintah,” kata Bob.
“Stimulus dibutuhkan supaya permintaan konsumen meningkat, agar ekonomi bergerak, supaya income pemerintah tetap karena quantity yang dijual banyak,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.