JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tak menampik bahwa pandemi virus corona alias Covid-19 bisa menghambat laju industri otomotif nasional secara berkepanjangan.
Selain pengaruh dari tekanan global khususnya China selaku salah satu pengekspor komponen utama di sektor otomotif, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia juga terus dilakukan perpanjangan.
Sementara, kegiatan bisnis dan industri harus segera kembali beroperasi supaya bisa menyelematkan berbagai mata rantai sektor otomotif di dalam negeri dan perekonomian negara.
Baca juga: Gaikindo Merasa Beruntung Dapat IOMKI dari Kemenperin
"Industri otomotif itu adalah sistem, tidak bisa kita lihat hanya dari sisi manufaktur saja. Mata rantainya sangat panjang sampai ke perusahaan pembiayaan dan asuransi," kata Sekertaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/6/2020).
"Bila ambil contoh manufaktur, itu tidak hanya bicara tentang pabrik pembuatan mobil saja tapi ada ribuan pemasok lebih yang terlibat. Jadi kalau tidak segera beroperasi, dampaknya akan luas," lanjutnya.
Menurut Kukuh, sektor yang paling rentan terkena pukulan keras dari sisi manufaktur adalah pemasok atau supplier lokal. Padahal, sektor tersebut dalam beberapa waktu belakangan sedang mengalami perkembangan yang positif.
"Kalau pabrikan tidak segera beroperasi, mereka relatif masih kuat karena ada prinsipal, ada modal. Tapi kalau supplier lokal, sampai kapan mereka masih bisa bertahan? Ini sudah dua bulan lebih tidak jalan," ujarnya.
"Sementara kita terus berupaya menjaga tiga amanat pemerintah, yaitu jangan sampai ada pabrikan tutup, jangan ada pemutusan hubungan kerja (PHK), dan tetap memberikan THR. Sampai sekarang, hal tersebut tetap terjaga dan dijalankan," kata Kukuh lagi.
Baca juga: Gaikindo Bilang Semakin Sulit Ekspor Mobil dari Indonesia
Lantas, apa langkah terbaik yang harus diambil saat ini? Kukuh berpendapat, bisnis dan industri perlu diberikan ruang untuk bisa kembali beroperasi walau dengan pembatasan sesuai dengan ketentuan pencegahan penyebaran virus.
Kemudian, diperlukan kesadaran bersama untuk terus mentaati anjuran pemerintah supaya terjadi penurunan kasus Covid-19 per harinya. Sebab, selama diberlakukan PSBB kasus penambahan pasien terjangkit virus corona belum berkurang signifikan.
"Jika masyarakat terus tidak disiplin, pembatasan aktivitas ini akan terus diberlakukan. Lama-kelamaan kondisinya semakin berat, ekonomi pun makin terjerembap," ucap Kukuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.