Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Bus AKAP Lebih Pilih Sasis Mesin Belakang

Kompas.com - 18/04/2020, 09:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perkembangan infrastruktur tol antar provinsi di Indonesia semakin baik. Banyak tol yang dibuka membuat waktu tempuh perjalanan antar kota dan provinsi semakin singkat.

Kondisi ini membuat, bepergian dengan bus kembali menjadi alternatif pilihan moda transportasi antar provinsi.

Bus besar yang biasa digunakan untuk perjalanan jauh pada dasarnya memiliki dua model sasis, dengan mesin depan atau belakang. Mayoritas bus antar kota antar provinsi (AKAP) yang beredar di Indonesia memiliki model mesin belakang.

Bus dengan mesin belakang memiliki beberapa keunggulan, terutama jika digunakan untuk perjalanan jauh, seperti yang dikatakan Dimas Raditya, anggota dari Forum Bismania Indonesia.

Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, MPV Murah Diskon Hingga Rp 30 Juta

Bus double decker Scania K410IB yang dijadikan bus trans Jawa pertama oleh PO Putera Mulya Sejahtera dilengkapi dengan berbagai fasilitas premium.Dok. PO Putera Mulya Sejahtera Bus double decker Scania K410IB yang dijadikan bus trans Jawa pertama oleh PO Putera Mulya Sejahtera dilengkapi dengan berbagai fasilitas premium.

“Keunggulan pertama yaitu kabin lebih hening, karena posisi mesin yang ada di belakang. Lalu lebih nyaman, karena setelan suspensi lebih empuk dan sudah banyak juga yang mengadopsi suspensi udara,” kata Dimas kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Kabin yang hening menjadi nilai tambah karena perjalanan yang jauh, penumpang butuh kondisi yang tidak berisik untuk beristirahat. Lalu, suspensi yang disetel lebih empuk membuat penumpang menjadi lebih nyaman.

Baca juga: Deretan Motor Bebek Bekas Rp 5 Jutaan, Turun Gara-gara PSBB

“Selain itu, akses perawatan mesin lebih mudah karena ada ruangannya sendiri di belakang. Mesin bus belakang juga lebih hemat bahan bakar jika digunakan jarak jauh,” ucap Dimas.

Jalan yang dilewati bus AKAP saat ini didominasi oleh jalan tol, dengan kecepatan tinggi dan konstan, bus dengan mesin di belakang bisa lebih hemat bahan bakar dibanding bus bermesin depan. Namun ada satu kekurangan dibanding bus bermesin depan.

“Kekurangannya, harga sasis bus mesin belakang cenderung lebih mahal daripada bus bermesin depan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau