BANDUNG, KOMPAS.com - Rencana Honda Motor Company Ltd, untuk menambah investasi sebesar Rp 5,1 triliun di Indonesia akan direalisasi mulai tahun ini. Hal ini pun ditegaskan kembali oleh Bussines Innovation & Sales Marketing Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy.
"Investasi itu akan mulai tahun ini. Itu nanti untuk pengembangan lokalisasi dan new model Honda. Jadi 2020 investasi itu bertahap digelontorkan," ucap Billy kepada wartawan, di Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/1/2020).
Saat ditanya mengenai model baru yang dimaksud, Billy enggan untuk membahasnya, namun dia memastikan bila produknya bukan untuk pengembangan mobil listrik.
Baca juga: Daftar Mobil Terlaris di Indonesia Sepanjang 2019
Untuk lokalisasi yang dimaksud adalah pengembangan pada Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang memang sudah menjadi keseharusan. Mengingat pada beberapa model yang sudah dipasarkan saat ini, masih ada komponen yang bisa dilokalkan.
"TKDN paling tinggi saat ini Brio, sampai 89 persen dan masih ada part yang bisa dilokalkan lagi. Mobilio itu 85 persen, BR-V 83 persen, sementara CR-V antara 40-45 persen," kata Billy.
Saat disinggung mengenai elektrifikasi, Billy menjelaskan sebenarnya Honda cukup fokus pada kendaraan-kendaraan ramah lingkungan. Bahkan diskusi dan komunikasi dengan pihak Gaikindo pun diklaim terus berjalan.
Namun, sampai saat ini Honda masih menanti turunan atau petunjuk teknis (juknis) dari Perpres kendaraan listrik di Indonesia. Menurut Billy, hal tersebut cukup penting sebagai panduan mengenai produk apa yang nantinya cocok di Indonesia.
Baca juga: Honda Tambah Investasi Rp 5,1 T untuk Mobil Baru di indonesia
"Karena itu tidak bisa sembarangan, sebenarnya banyak sekali line-up Honda yang bisa dielektrifikasi, tapi kami tunggu juknisnya dulu, kalau itu keluar action-nya pasti cepat kita," kata Billy.
Saat ditanya produk elektrifikasi apa yang paling cocok untuk Indonesia, Billy menjelaskan sejauh ini yang paling pas adalah hybrid. Karena kalau langsung beralih ke baterai, dan mesin konvensional hilang, bagaimana dengan pabriknya.
"Jadi imbangi dulu untuk transisi dan edukasi ke konsumen. Tujuannya kan penurunan CO2, kalau kita lihat paling bagus yang hybrid. Untuk elektrifikasi pasti ada investasi baru, tapi saatnya kapan tunggu semuanya jelas dulu, sekarang prinsipal juga binggung aturannya mana," kata Billy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.