Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Era Mobil Listrik Dimulai, Indonesia Masih Bingung Daur Ulang Baterai

Kompas.com - 24/08/2019, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sudah mulai melangkah menuju era elektrifikasi atau kendaraan listrik berbasis baterai, setelah Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan terbit. Tapi, masih ada bagian yang belum disiapkan, terkait daur ulang baterai.

Kini, berbagai studi sedang dilakukan. Kebijakan pendukung pun dikaji di dapur pemerintahan. Namun, potensi masalah paling besar pada era elektrifikasi masih belum dikuliti, yaitu daur ulang limbah baterai mobil listrik.

Ditemui di sela-sela diskusi Teraskita bertajuk 'Kendaraan Listrik Sebagai Solusi Polusi Udara dan Pengurangan Penggunaan BBM' yang dihelat Kompas, Jakarta, Jumat (23/8/2019), Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Harjanto belum bisa menjawab hal tersebut secara pasti.

Baca juga: Kemenhub Dorong Bus Listrik Jadi Angkutan Umum

Mobil listrik e-tron dari AudiKompas.com Mobil listrik e-tron dari Audi

"Teknologi untuk daur ulang baterai itu advance. Saat ini, baru Belgia yang memiliki fasilitas dan teknologinya. Indonesia belum mencapai pada posisi itu, saat ini kita produksi dahulu (baterai mobil listrik)," katanya.

Seiring berjalannya waktu, ujar Harjanto lagi, Pemerintah akan melakukan evaluasi dan studi lanjutan tentang era elektrifikasi di Indonesia. Terutama pada pabrik baterai yang sedang dibangun di kawasan Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

"Sewaktu itu Pak Menteri pernah bilang bahwa paling tidak dua tahun (sejak Morowali beroperasi), baru kita bisa lihat kemungkinan untuk recycle baterai. Butuh waktu. Proses ini juga memerlukan biaya yang tidak kecil juga," katanya.

Baca juga: Kendala Mobil Listrik Murni di Indonesia

Mobil listrik BMW i3s dipamerkan saat acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 di Indonesia Convention Exebition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019). BMW i3s hadir dengan motor listrik bertenaga 184 tk dengan torsi 270 Nm. Mobil baru ini dapat melesat dari diam hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 6,9 detik.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Mobil listrik BMW i3s dipamerkan saat acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 di Indonesia Convention Exebition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019). BMW i3s hadir dengan motor listrik bertenaga 184 tk dengan torsi 270 Nm. Mobil baru ini dapat melesat dari diam hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 6,9 detik.

Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johannes Nangoi menyatakan bahwa daur ulang limbah baterai mobil listrik sangat penting untuk dipikirkan. Jangan sampai terlambat.

"Jika pada saatnya mobil listrik mendunia, baterainya tidak bisa di daur ulang, menumpuk segunung, mau dikemanakan? Ini saya rasa jangan sampai tertinggal untuk dikaji," katanya.

Sebagai informasi, saat ini baru satu negara yang sudah memiliki teknologi untuk daur ulang komponen utama di mobil listrik ini, yaitu Belgia. Setiap mobil berjenis hibrida, plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), hingga listrik penuh di seluruh dunia melakukan ekspor baterai mobil listrik ke sana.

"Ini memang jadi masalah bersama. Saya sempat komunikasikan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) tentang ini, tapi belum ada tanggapan lebih lanjut," ucap Harjanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau