JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia akan segera menghadirkan dua peraturan baru tentang kendaraan listrik. Dalam peraturan tersebut besaran pajak tidak lagi bergantung bentuk namun kapasitas mesin dan besaran pajaknya mulai 15 persen sampai 70 persen bergantung emisi.
Salah satu yang menarik perhatian adalah pajak KBH2 atau LCGC yang tadinya 0 persen kini meningkat menjadi 3 persen. Ini pastinya membuat kendaraan LCGC terkerek harganya dibanding sebelumnya.
Soal ini, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi, mengungkapkan, pajak LCGC ini sudah diantisipasi jauh hari. Bahkan saat LCGC baru pertama kali meluncur.
"Saat dulu kita mulai, kita tahu tidak akan selamanya 0 persen. Waktu itu pembicaraannya pakai nol persen akan berapa tahun produksi lokalisasi berapa kali," ujar Anton saat ditemui Kamis (25/7/2019).
Baca juga: Skema PPnBM Terbaru, LCGC Bukan Lagi Mobil Murah
Pasar Turun
Mengenai pasar LCGC tercatat pada April lalu turun 12,86 persen atau 19.406 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 22.271 unit. Anton mengungkapkan pasar LCGC masih menjanjikan meski tidak setinggi ketika awal peluncuran beberapa produk LCGC.
"Kalau dibilang saat ini angka normal penjualan LCGC. Beberapa tahun lalu kita ingat perkenalan Calya Sigra membuat angkanya meroket, disitu karena banyak pembeli mobil pertama mulai belanja mobil. Itu normal," ucap Anton.
Anton menjelaskan akan menarik melihat target pada 2025 yang berharap ada 20 persen kendaraan listrik dari total pasar. Jika pasar LCGC juga menyumbang 20 persen maka total kendaraan ramah lingkungan akan 40 persen memenuhi industri otomotif dalam negeri.
"Kalau pun tidak mencapai 20 persen, tidak apa karena masih tinggi juga," ucap Anton.
Baca juga: Keniscayaan Era Elektrifikasi di Indonesia
Angka 20 persen ini menjadi tantangan karena di China saat ini populasi kendaraan listrik baru 4 persen dari penjualan. Anton menjelaskan penyerapan pasar untuk kendaraan ramah lingkungan akan menjadi tantangan selanjutnya.
"Itu sebabnya 20 persen di 2025 itu butuh usaha. Salah satunya dengan kebijakan-kebijakan yang direncanakan saat ini," ucap Anton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.