Fernando Alonso pernah menjuarai Formula 1 sebanyak dua kali, dan di saat karirnya sudah mendekati akhir, ia masih mempunyai ambisi yang sangat tinggi. Alasan Alonso pindah dari Ferrari ke McLaren adalah karena menurutnya, Honda adalah satu-satunya pemasok power unit yang ke depannya mampu untuk bertanding dengan Mercedes.
Namun pada kenyataanya, transisi kembalinya Honda ke Formula 1 memakan lebih banyak waktu dari pada yang dikira oleh semua orang. Alhasil, Fernando Alonso mulai terlihat kehilangan semangat, dan pebalap asal Spanyol ini tidak ragu untuk melontarkan kekesalannya di team radio yang tentunya di-broadcast oleh TV.
Kata-kata seperti: “GP2 Engine… GP2… AAAAAHHHHH!” yang ia lontarkan di GP Jepang ketika ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa saat didahului oleh pembalap lain, tentunya mempunyai dampak buruk terhadap kerja sama antara McLaren dan Honda. Pabrikan mesin asal Jepang tersebut tentunya tidak mau namanya dijelek-jelekkan oleh penggunanya sendiri.
Kerja sama Honda dan Red Bull Family
Andai McLaren bersabar sedikit, mungkin tim yang berbasis di Woking itu akan mulai merasakan kualitas power unit Honda saat ini. Karena setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan Honda, McLaren pindah ke Renault, sedangkan Toro Rosso menjadi satu-satunya tim yang menggunakan power unit Honda untuk musim 2018.
Bisa diasumsikan, Toro Rosso dijadikan tim uji coba, agar Red Bull mendapatkan gambaran apabila ingin menggunakan mesin tersebut di 2019. Lantas, hasilnya bagaimana? Cenderung positif.
Dari sisi reliability, terlihat sedikit perbaikan meskipun penggunaannya masih jauh di bawah Mercedes, Ferrari dan Renault. Setidaknya, Honda sudah mampu mengurangi pergantian Energy Store dan Control Electronics sepanjang musim 2018 dan bersaing dengan pabrikan lain.
Di musim 2018, yang menjadi perhatian bukanlah reliability yang membaik, namun performa top speed dari mobil Toro Rosso sangat baik, jauh lebih baik dari pada performa power unit Honda di tahun-tahun sebelumnya.
Kedua hal ini sepertinya cukup meyakinkan Red Bull untuk melepas Renault (atau Tag Heuer), dan beralih menggunakan power unit yang ditawarkan oleh Honda.
Tentunya, keputusan yang diambil oleh Red Bull bisa dibilang sangat riskan, karena permasalahan-permasalahan yang sempat menimpa mesin Honda pada awal-awal mereka kembali ke Formula 1.
Apakah kerja sama Red Bull dan Honda akan berhasil? Hanya waktu yang dapat membuktikannya. Yang jelas, team principal Red Bull Racing, Christian Horner, sempat mengatakan seberapa “rapih” konsep desain power unit yang dibuat oleh Honda, sehingga dapat mempermudah instalasi, perbaikan mesin tersebut.
Bahkan Helmut Marko sendiri pun mengakui bahwa mesin Honda adalah package yang paling cocok untuk desain mobil Red Bull dimusim 2019 ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.