JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai mobil termurah di barisan produk Mercedes-Benz, GLA 200 AMG Line memang memiliki daya tarik tersendiri. Selain tampilan yang sporty, interior juga dikemas dengan nuansa agresif dan kemewahan khas mobil Eropa.
Menariknya, meski datang sebagai SUV entry level, namun GLA justru masih berstatuskan completely built-up (CBU). Lantas, dengan harga jual Rp 745 juta off the road, bagaimana fitur dan kenyamanan yang ditawarkan?
Pertama soal desain kabin. Secara tampilan tidak perlu banyak diragukan. Kesan sporty langsung keluar ketika melihat balutan Artico leather yang dipadukan dengan microfibre lengkap dengan detail jahitan merah pada jok yang mengusung tema semi bucket dan kemudi model flat buttom.
Baca juga: GLA 200 AMG Line, Jadi Mobil Termurah Mercedes-Benz
Tidak seperti model GLA 45 4MATIC yang masih menggunakan tuas transmisi di konsul tengah. Pada GLA 200 AMG Line, konsul tengah hanya menjadi ruang kompertemen minuman dan akses ke monitor 7 inci yang sudah support Aplle CarPlay dan Android Ready.
Sementara tuas transmisi GLA 200 AMG Line berada di bawah kemudi sebelah kiri. Saat pertama menggunakan, pasti akan sedikit binggung mencari tuas transmisi yang pada mobil reguler biasanya menjadi tuas untuk lampu sein.
Baca juga: Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line Blusukan di Yogyakarta
Dari sisi keselamatan, terdapat enam buah airbag yang menjadi perangkat standar. GLA 200 juga dilengkapi fitur Attention Assist yang berfungsi membaca gaya berkendara dan memberikan peringatan bila terjadi perubahan pola, seperti saat kelelahan atau lainnya.
Puas dengan fitur, beralih ke masalah kenyamanan kabin yang dimiliki GLA 200 AMG. Untuk masalah leg room di baris pertama selama Kompas.com, menjajal tidak ada masalah berarti. Justru masuk dalam kategori nyaman untuk SUV yang memiliki dimensi kompak dan telah memiliki pengaturan secara elektrik serta tiga fungsi memori.
Tidak hanya itu, ruang head room juga terlihat sesak bagi pengendara yang memiliki tinggi badan sekitar 178 cm ke atas. Sementara di baris kedua, jangan berharap punya kelapangan layaknya baris utama. Saat kuris pengendara dan penumpang depan dimundurkan, otomatis kenyamanan baris kedua akan terusik.