Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Kecelakaan Bus, Ada Apa dengan Puncak?

Kompas.com - 25/04/2017, 07:42 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Hari pertama liburan panjang akhir pekan lalu,  Sabtu (22/4/2017), diwarnai kecelakaan beruntun melibatkan bus pariwisata dan belasan kendaraan di Jalan Raya Puncak, tepatnya di Tanjakan Selarong, Desa Cipayung, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat. Pertanyaan menguap, salah satunya mengapa daerah Puncak kerap terjadi kecelakaan, terutama bus?

Leksmono Suryo Putranto, Guru Besar Transportasi UNTAR dan Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengatakan, kalau ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kondisi tersebut terjadi.

“Terkait dengan rem blong, mulai dari pihak perusahaan tidak melaksanakan perawatan, yang seharusnya dilakukan secara regular. Di luar KIR itu ada cek harian, untuk semua komponen yang terkait langsung dengan pergerakan kendaraan,” ujar pria bergelar Profesor ini kepada KompasOtomotif, Senin (24/4/2017).

“Sopir juga harus bersertifikasi dan diberi bekal untuk bisa mengidentifikasi hal-hal yang bersifat anomali. Jadi sebelum berangkat, sopir bisa mengetahui ada yang tidak beres dan rusak di mobilnya, sehingga bisa diperbaiki dahulu,” ucap Leksmono. 

Ada Apa dengan Puncak?

Tragedi yang baru terjadi tersebut, bukan kali pertama kecelakaan yang disebabkan bus, sebelunnya pada Februari 2016, tragedi serupa terjadi di Jalan Raya Puncak, menewaskan sopir bus PO Mulyasari Pratama, dan melibatkan tujuh kendaran lain.  

Lalu sebelumnya di akhir 2015, dua bus milik TNI AD bertabrakan dengan sejumlah kendaraan lainnya, karena salah satu bus mengalami rem blong.

Baca juga : Penyebab Kecelakaan di Jalan Raya Puncak Diduga karena Rem Blong

Lalu di tiga tahu lalu, 2014, juga ada kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Puncak di hari pertama Idul Fitri, melibatkan  bus dinas TNI Angkatan Laut Noreng 7100-03 dengan sepeda motor. Menewaskan satu korban jiwa dan tiga orang mengalami luka-luka.

Leksmono melanjutkan, tragedi-tragedi tersebut juga terkait dengan infrastruktur jalan di puncak yang terlalu sempit dan tidak memiliki bahu jalan, atau beberapa unsur lain sebagai penopang status jalan yang berkeselamatan. Walaupun sudah terbilang telat untuk dibangun ulang, tapi Prof Leks merekomendasikan beberapa poin.

“Hampir sulit menata infrastruktur jalan di daerah itu, karena ramai terus. Kemudian kendaraan berat juga juga kerap melintas. Diidentifikasi banyak kecelakaan terjadi di lokasi yang sama, karena kondisi medan jalan. Begini, karena sudah terlanjur terbangun, sekarang jangan lagi ada tambahan eksploitasi wilayah Puncak, Bogor,” ucap Leksmono.

“Seperti mulai di tata lagi kawasan puncak, di mana orang otomatis akan berkurang lagi ke sana, dan kembali angkutan umum, serta jalur kereta. Jadi tidak semata-mata menggunakan kendaraan pribadi dan bus. Ini bisa dilakukan perlahan dan dilakukan oleh pemerintah, karena mereka yang punya kuasa, dan perbaikan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya kuasa,” ucap Leksmono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau