Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Radityo Wicaksono
Master of Engineering, Pencinta F1 dan Penggiat Blog

Full time Aircraft Performance Engineer di Garuda Indonesia & Part-time kolumnis dan narasumber Motorsport (Formula 1, Formula 2 dan Formula E)
Magister Teknik Mesin (INSA Strasbourg, Perancis) & Magister Manajemen (Universitas Pelita Harapan)

kolom

Kupas Kunci: Kemenangan Hamilton di Shanghai

Kompas.com - 10/04/2017, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAgung Kurniawan


Jakarta, KompasOtomotif -
Pebalap Scuderia Ferrari asal Jerman, Sebastian Vettel, bertekad melanjutkan awal musim yang sempurna, setelah memenangi seri pertama kejuaraan Formula 1 di Melbourne, Australia, dua pekan lalu. Setelah sesi kualifikasi yang ketat antara Ferrari dan Mercedes, dimana Lewis Hamilton berhasil meraih pole, akhirnya pebalap asal Inggris yang menjuarai seri kedua kali ini, walaupun sebenarnya, performa kedua tim mirip.

Lalu, apa yang menjadi kunci keberhasilan Lewis di Negeri Tiongkok ?

Persiapan untuk GP China jauh dari sempurna bagi para tim F1. Hujan dan kabut yang cukup tebal, membuat Free Practice 1 dan 2 terganggu, bahkan FP2 harus dibatalkan. Kondisi ini membuat semua pebalap dan tim tidak mempunyai data set-up dan ban yang cukup untuk menyiapkan mobil pada kualifikasi dan race.

Kualifikasi berlangsung dalam kondisi cuaca yang kering, dan pertarungan antara Ferrari dan Mercedes sengit, seperti di Australia. Seperti dua pekan yang lalu, Hamilton meraih pole, diikuti oleh Vettel dan Bottas. Jarak antara ketiga pebalap hanya 0.186 detik saja.

Saat raceday, kondisi sirkuit sangat licin dikarenakan oleh hujan yang turun pada pagi hari. Namun demikian, sirkuit mengering dengan cepat, dan kita telah menyaksikan balapan yang sangat menarik, dengan banyaknya aksi overtaking. Pada akhirnya, balapan kali ini di dominasi oleh Lewis Hamilton yang memimpin balapan dari lap awal hingga akhir.

Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat kemenangan Hamilton kali ini terlihat “mudah”, Karena sebenarnya, performa Ferrari sama baiknya dengan Mercedes di sirkuit Shanghai.

AFP/SAEED KHAN Pebalap Scuderia Ferrari, Sebastian Vettel, menghadiri sesi konferensi pers di Melbourne, Australia pada Kamis (23/3/2017).

Faktor keberuntungan

Kondisi sirkuit yang separuh kering separuh basah menghasilkan awal balapan yang sedikit dramatis. Sergio Perez (Force India) dan Lance Stroll (Williams) bersenggolan di turn 10 sehinggaRookie asal Kanada tersebut tidak dapat melanjutkan balapan. Virtual Safety Car (VSC) pun dikeluarkan agar mobil Stroll bisa disingkirkan. Dalam kondisi VSC, semua pebalap harus mengurangi kecepatan dan tidak boleh mencatat waktu yang lebih cepat dari yang sudah ditentukan FIA.

Dengan trek yang mengering, Ferrari melihat sebuah kesempatan dengan keluarnya VSC, dan memilih untuk mengganti ban intermediate padaVettel pada akhir lap ke-2, dan menggantikannya dengan Soft. Sedangkan para rivalnya masih bertahan dengan ban basah hingga periode VSC berakhir. Pada saat itu, Vettel menempati posisi ke-2, dan keluar dari pitlane pada posisi ke-6 setelah mengganti ban.

Keputusan Ferrari ini pada awalnya terlihat baik, karena pada akhir lap ke-3, jarak waktu antara Hamilton dan Vettel hanya 17.8 detik. Sedangkan melakukan satu pitstop di Sirkuit Shanghai membutuhkan waktu sekitar 22 detik. Karena ban kering berfungsi jauh lebih baik dari pada ban basah pada saat itu, bisa dipastikan Hamilton akan keluar dibelakang Vettel.

Tidak lama kemudian, sial menimpa pebalap asal Jerman terserbut. Antonio Giovinazzi (Sauber) kehilangan kendali mobil Sauber nya, dan menabrak dinding di start finish straight. Kondisi ini memaksa Safety Car kembali keluar. Sama seperti VSC, melakukan pitstop di awal periode SC sangat menguntungkan, dan bisa dibilang itu adalah “free pitstop”. Inilah yang dilakukan oleh Hamilton, Ricciardo, Verstappen, juga Raikkonen, sehingga setelah periode SC ini berakhir, Vettel berada di posisi ke-5.

Ini bukan pertama kalinya Ferrari terjebak dengan SC dan VSC. Di GP Kanada tahun lalu, saat Vettel memimpin balapan, ia melakukan pitstop di saat periode VSC. Namun, periode VSC berakhir pada saat Vettel masih di pitlane, sehingga pitstop tersebut justru merugikannya.

Bisa dibilang kasus di GP Kanada merupakan sebuah kesalahan strategis yang dibuat oleh Ferrari, karena pada saat itu, kondisi ban Vettel masih cukup baik dan Ferrari hanya ingin memanfaatkan VSC untuk melakukan “free pitstop”, namun timing-nya kurang tepat. Kali ini, Ferrari dan Vettel hanya kurang beruntung saja, karena pitstop yang mereka lakukan lebih awal ini berpotensi untuk berfungsi. Namun, tidak ada yang bisa mengira jika Giovinazzi akan mengalami kecelakaan hingga Safety Car diperlukan.

www.formula1.com Safety Car di GP China 2017.

Kehilangan Momentum

Setelah Safety Car keluar, Vettel kehilangan banyak waktu dibelakang Raikkonen dan Ricciardo, momentum sulit dimanfaatkan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau