Jakarta, KompasOtomotif - Pebalap Scuderia Ferrari asal Jerman, Sebastian Vettel, bertekad melanjutkan awal musim yang sempurna, setelah memenangi seri pertama kejuaraan Formula 1 di Melbourne, Australia, dua pekan lalu. Setelah sesi kualifikasi yang ketat antara Ferrari dan Mercedes, dimana Lewis Hamilton berhasil meraih pole, akhirnya pebalap asal Inggris yang menjuarai seri kedua kali ini, walaupun sebenarnya, performa kedua tim mirip.
Lalu, apa yang menjadi kunci keberhasilan Lewis di Negeri Tiongkok ?
Persiapan untuk GP China jauh dari sempurna bagi para tim F1. Hujan dan kabut yang cukup tebal, membuat Free Practice 1 dan 2 terganggu, bahkan FP2 harus dibatalkan. Kondisi ini membuat semua pebalap dan tim tidak mempunyai data set-up dan ban yang cukup untuk menyiapkan mobil pada kualifikasi dan race.
Kualifikasi berlangsung dalam kondisi cuaca yang kering, dan pertarungan antara Ferrari dan Mercedes sengit, seperti di Australia. Seperti dua pekan yang lalu, Hamilton meraih pole, diikuti oleh Vettel dan Bottas. Jarak antara ketiga pebalap hanya 0.186 detik saja.
Saat raceday, kondisi sirkuit sangat licin dikarenakan oleh hujan yang turun pada pagi hari. Namun demikian, sirkuit mengering dengan cepat, dan kita telah menyaksikan balapan yang sangat menarik, dengan banyaknya aksi overtaking. Pada akhirnya, balapan kali ini di dominasi oleh Lewis Hamilton yang memimpin balapan dari lap awal hingga akhir.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat kemenangan Hamilton kali ini terlihat “mudah”, Karena sebenarnya, performa Ferrari sama baiknya dengan Mercedes di sirkuit Shanghai.
Faktor keberuntungan
Kondisi sirkuit yang separuh kering separuh basah menghasilkan awal balapan yang sedikit dramatis. Sergio Perez (Force India) dan Lance Stroll (Williams) bersenggolan di turn 10 sehinggaRookie asal Kanada tersebut tidak dapat melanjutkan balapan. Virtual Safety Car (VSC) pun dikeluarkan agar mobil Stroll bisa disingkirkan. Dalam kondisi VSC, semua pebalap harus mengurangi kecepatan dan tidak boleh mencatat waktu yang lebih cepat dari yang sudah ditentukan FIA.
Dengan trek yang mengering, Ferrari melihat sebuah kesempatan dengan keluarnya VSC, dan memilih untuk mengganti ban intermediate padaVettel pada akhir lap ke-2, dan menggantikannya dengan Soft. Sedangkan para rivalnya masih bertahan dengan ban basah hingga periode VSC berakhir. Pada saat itu, Vettel menempati posisi ke-2, dan keluar dari pitlane pada posisi ke-6 setelah mengganti ban.
Keputusan Ferrari ini pada awalnya terlihat baik, karena pada akhir lap ke-3, jarak waktu antara Hamilton dan Vettel hanya 17.8 detik. Sedangkan melakukan satu pitstop di Sirkuit Shanghai membutuhkan waktu sekitar 22 detik. Karena ban kering berfungsi jauh lebih baik dari pada ban basah pada saat itu, bisa dipastikan Hamilton akan keluar dibelakang Vettel.
Tidak lama kemudian, sial menimpa pebalap asal Jerman terserbut. Antonio Giovinazzi (Sauber) kehilangan kendali mobil Sauber nya, dan menabrak dinding di start finish straight. Kondisi ini memaksa Safety Car kembali keluar. Sama seperti VSC, melakukan pitstop di awal periode SC sangat menguntungkan, dan bisa dibilang itu adalah “free pitstop”. Inilah yang dilakukan oleh Hamilton, Ricciardo, Verstappen, juga Raikkonen, sehingga setelah periode SC ini berakhir, Vettel berada di posisi ke-5.
Ini bukan pertama kalinya Ferrari terjebak dengan SC dan VSC. Di GP Kanada tahun lalu, saat Vettel memimpin balapan, ia melakukan pitstop di saat periode VSC. Namun, periode VSC berakhir pada saat Vettel masih di pitlane, sehingga pitstop tersebut justru merugikannya.
Bisa dibilang kasus di GP Kanada merupakan sebuah kesalahan strategis yang dibuat oleh Ferrari, karena pada saat itu, kondisi ban Vettel masih cukup baik dan Ferrari hanya ingin memanfaatkan VSC untuk melakukan “free pitstop”, namun timing-nya kurang tepat. Kali ini, Ferrari dan Vettel hanya kurang beruntung saja, karena pitstop yang mereka lakukan lebih awal ini berpotensi untuk berfungsi. Namun, tidak ada yang bisa mengira jika Giovinazzi akan mengalami kecelakaan hingga Safety Car diperlukan.
Kehilangan Momentum
Setelah Safety Car keluar, Vettel kehilangan banyak waktu dibelakang Raikkonen dan Ricciardo, momentum sulit dimanfaatkan.
Sudah sangat jelas bahwa ancaman utama bagi Lewis Hamilton adalah Sebastian Vettel. Hamilton mungkin merasa sedikit lega ketika Verstappen, Ricciardo, dan Raikkonen berada di antara mereka. Salah satu kunci dari kemenangan Hamilton terdapat pada kesulitan yang ditemui Vettel untuk mendahului Raikkonen dan Ricciardo.
Apalagi Ricciardo yang tidak mampu untuk menempel rekannya Max Verstappen. Jika melihat grafik di bawah ini, jarak antara Hamilton dan Vettel dari 3.5 detik di lap 9 membesar hingga 10 detik di lap 22. Vettel baru berhasil mendahului Raikkonen di lap ke-20, dan Ricciardo di lap ke-22, dengan sebuah manuver yang fantastis di turn 6.
Namun ketika mantan pebalap Red Bull ini berhasil melakukan kedua manuver overtaking ini, jaraknya kepada Hamilton sudah terlalu besar dan sulit untuk dikejar.
Performa Mercedes dan Ferrari Tipis
Setelah Sebastian Vettel berhasil merebut posisi ke-2 dari Max Verstappen di lap ke-27, pebalap asal Jerman ini bertekad untuk mengejar Lewis Hamilton, yang unggul 11 detik. Keduanya menggunakan ban yang sama di stint terakhir, yaitu kompon soft, sehingga kita bisa membandingkan performa murni kedua mobil dalam kondisi kering, pada sirkuit yang cukup representatif.
Grafik dibawah ini menunjukan perbandingan catatan waktu Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel dari lap ke-39 hingga balapan selesai di lap ke-56.
Dengan ban soft ini, perbedaan kecepatan antara Lewis dan Seb sangat kecil, Ferrari sebetulnya sedikit lebih unggul, karena rata-rata waktu Vettel di stint akhir ini adalah 1:35.851, sedangkan Hamilton mencatat waktu rata-rata 1:36.016. Ini membuktikan kata-kata Lewis Hamilton sendiri, yang mengatakan bahwa race pace Ferrari sangat kuat.
Namun, ketika Vettel diberi tahu oleh race engineer Riccardo Adami, bahwa ia perlu memperkecil keunggulan Hamilton sebanyak 0.7 detik per lap, kemenangan menjadi mustahil. Performa mereka memang tidak beda jauh, dan performa ban mulai menurun karena sudah mengalami degradasi akibat digunakan secara maksimal dari lap ke-35.
Hal ini seharusnya memberi semangat yang besar bagi tim kuda jingkrak. Setelah memenangi seri pertama di Melbourne, hanya sebuah faktor keberuntungan yang menghalangi Sebastian Vettel untuk bertarung dengan Lewis Hamilton.
Scuderia Ferrari benar-benar sudah melakukan step forward musim ini, dan mereka sudah membuktikan seberapa kuatnya mobil SF70-H di Shanghai, yang jauh lebih representatif dibandingkan sirkuit Albert Park di Melbourne. Ini berarti Ferrari berpotensi menjadi ancaman bagi Mercedes di semua seri.
Meskipun Ferrari kurang beruntung dalam beberapa hal, Lewis Hamilton tetap harus menjalankan tugasnya dengan sempurna, dan itu berhasil dilakukannya. Lewis melakukan start yang sempurna, dan saat keunggulan atas rivalnya cukup besar, sang juara dunia tahun 2015 mampu me-manage kondisi ban dengan sangat baik. Dan ketika race engineer nya, Pete Bonnington, memintanya untuk meningkatkan kecepatannya saat Vettel mulai mengejarnya, Lewis melaksanakannya dengan baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.